Bisnis.com, JAKARTA - Sekutu kuat Presiden Rusia Vladimir Putin menuding Amerika Serikat (AS) berkoordinasi dengan Ukraina untuk membunuh dua nasionalis pro-perang di Rusia, pada Jumat (19/5/2023).
Tudingan itu juga terkait melakukan serangan terhadap infrastruktur nasional yang kritis dalam upaya merusak stabilitas.
Meski begitu, tidak ada tanggapan langsung AS terhadap tuduhan dari Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev yang diketuai oleh Putin itu.
Washington sebelumnya telah membantah terlibat dalam setidaknya satu pembunuhan yang tadi telah disebutkan.
Putin menuduh Barat melepaskan perang proksi yang bertujuan untuk menggulingkannya dan menghabisi sumber daya alam Rusia yang sangat besar setelah invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu, seperti dilansir dari Reuters, pada Jumat (19/5/2023).
Serangkaian serangan dan pembunuhan misterius di dalam Rusia, jauh dari garis depan di Ukraina, telah menimbulkan kekhawatiran atas keamanan di dalam negeri, terlebih lagi setelah serangan pesawat tak berawak (drone) di Kremlin.
Baca Juga
Putri seorang nasionalis Rusia terkemuka Darya Dugina tewas dalam sebuah bom mobil pada bulan Agustus.
Selain itu, blogger pro-perang Vladlen Tatarsky yang bernama asli Maxim Fomin tewas dalam bom bulan lalu, dan penulis nasionalis Zakhar Prilepin terluka dalam sebuah bom mobil awal bulan ini.
Rusia juga menuduh Ukraina menyerang Jembatan Krimea Oktober lalu. Selain itu juga menuduh Barat berada di balik ledakan pipa gas Nord Stream pada September lalu.
Patrushev mengatakan semua serangan direncanakan dan dilakukan dengan koordinasi dari layanan khusus AS.
"Serangan teroris yang dilakukan di Rusia disertai dengan kampanye informasi yang disiapkan sebelumnya di Washington dan London, yang dirancang untuk mengacaukan situasi sosial-politik, dan untuk merusak fondasi konstitusional dan kedaulatan Rusia," kata Patrushev.
AS dan sekutunya yang menganggap invasi sebagai perampasan tanah, mengatakan mereka ingin Ukraina mengalahkan Rusia yang memiliki kekuatan nuklir terbesar di dunia.
New York Times melaporkan bahwa badan-badan intelijen AS meyakini sebagian dari pemerintah Ukraina mengizinkan serangan yang menewaskan Dugina, pada Oktober lalu.