Bisnis.com, JAKARTA - Serangan pesawat tak berawak atau drone ke Kremlin yang menyasar kediaman Presiden Rusia Vladimir Putin adalah tindakan teroris.
Pemimpin Partai Rusia Bersatu yang berkuasa di Duma Negara atau Majelis Rendah Parlemen Rusia, Vladimir Vasilyev mengatakan tindakan sabotase di fasilitas infrastruktur dan rel kereta api adalah manifestasi dari terorisme yang dilakukan oleh otoritas Ukraina, yang memerlukan konsolidasi maksimal masyarakat Rusia.
"Serangan terhadap Kremlin, upaya pembunuhan terhadap para pemimpin politik, tindakan sabotase di rel kereta api, jalur transmisi listrik, dan fasilitas infrastruktur, termasuk ledakan Jembatan Krimea, dan ledakan pipa gas, adalah fakta kegiatan teroris rezim Kiev. dan para sponsornya," kata Vladimir Vasilyev melansir TASS, Kamis (4/5/2023).
Baca Juga
Anggota parlemen itu mengenang bahwa Rusia memiliki pengalaman mengalahkan terorisme yang diperoleh dengan harga tinggi di tahun-tahun ketika negara baru memulai jalur kedaulatan dan memuji peran Presiden Vladimir Putin di dalamnya.
"Hari ini, terorisme telah mengangkat kepalanya lagi dan menargetkan jantung Rusia. Serangan yang menargetkan presiden menargetkan kita masing-masing. Untuk menggagalkannya, diperlukan konsolidasi maksimal, kewaspadaan, kerja sama dengan lembaga penegak hukum dan layanan khusus. Dan yang terpenting adalah memahami bahwa kita semua harus membela ibu pertiwi dan presiden," tegasnya.
Pada Selasa (3/5/2023) malam, dua drone mencoba menyerang kediaman presiden di Kremlin. Militer Rusia dan dinas khusus segera merusak drone itu. Menyusul insiden tersebut, Komite Investigasi Rusia membuka kasus pidana atas tuduhan tindakan teroris.