Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Tuding Maskapai Ukraina Tolak Evakuasi Warganya dari Sudan

Rusia menuding sebuah maskapai penerbangan dari Ukraina menolak mengevakuasi warganya dari Sudan.
Citra satelit menunjukkan gedung-gedung yang terbakar dan patroli militer di timur laut Bandara Internasional Khartoum di Khartoum, Sudan, 17 April 2023. Maxar Technologies/Handout melalui REUTERS.
Citra satelit menunjukkan gedung-gedung yang terbakar dan patroli militer di timur laut Bandara Internasional Khartoum di Khartoum, Sudan, 17 April 2023. Maxar Technologies/Handout melalui REUTERS.

Bisnis.com, JAKARTA - Juru bicara resmi Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan bahwa maskapai penerbangan swasta Ukraina, SkyUp, menolak permintaan warga negara Rusia untuk menaiki pesawatnya, pada Selasa (2/5/2023). 

Maskapai SkyUp menjadi pesawat Ukraina yang ditugaskan untuk mengevakuasi warga sipil dari Sudan yang dilanda konflik dalam 2 pekan terakhir. 

"Ketika layanan khusus yang dikendalikan oleh rezim Kyiv menemukan bahwa itu adalah warga negara Rusia (yang mengajukan permintaan evakuasi), mereka menolak untuk mengevakuasi dia, meskipun rekannya warga Ukraina dan Georgia - diterbangkan," katanya, seperti dilansir dari TASS, Rabu (3/5/2023). 

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan sebelumnya bahwa Pasukan Dirgantara Rusia telah menerbangkan lebih dari 200 orang keluar dari Sudan, pada Selasa (2/5/2023). 

Adapun 200 orang yang dievakuasi tersebut termasuk dari Rusia, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Moldova, Bangladesh, Sudan dan Ukraina, yang tiba di Moskow pada sore harinya. 

Seperti diketahui, ketegangan di Sudan meningkat setelah terjadi ketidaksepakatan antara panglima militer Abdel Fattah al-Burhan, yang juga mengepalai Dewan Kedaulatan yang berkuasa, dan Kepala Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter Mohamed Hamdan Dagalo yang dikenal sebagai Hemedti, wakil al-Burhan di dewan.

Kedua organisasi militer itu bertikai untuk menyatukan angkatan bersenjata Sudan, terkait pihak yang harus diangkat sebagai panglima tertinggi angkatan darat.

Adapun konflik tersebut untuk menentukan seorang perwira militer pilihan yang lebih disukai Burhan, atau presiden sipil terpilih seperti yang ditekankan Dagalo.

Bentrokan bersenjata antara faksi-faksi militer yang bersaing meletus di dekat sebuah pangkalan militer di Merowe dan di Ibu Kota Khartoum, pada Sabtu (15/4/2023). 

Menurut Kementerian Kesehatan negara itu, lebih dari 600 orang telah tewas di negara itu sejak konflik pecah pertama kali. 

Sementara itu, menurut serikat pekerja dokter di Sudan setidaknya 400 warga sipil telah tewas di negara itu sejak konflik pecah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Erta Darwati
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper