Bisnis.com, JAKARTA -- Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum memperoleh cuti menjelang bebas. Dia kini tidak lagi mendekam di penjara. Kebebasan Anas disambut hangat para pendukungnya. Mereka memadati halaman Lembaga Pemasyarakatan alias Lapas Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat.
Anas bahkan sempat mengungkapkan pidato singkat. Pesannya sangat jelas. Dia tidak ingin membuat kegaduhan. Tidak ada kamus pertentangan dan permusuhan, demikian katanya. Hanya saja, dia ingin tetap memperjuangkan keadilan usai mendekam 9 tahun 3 bulan di penjara. Kalau selama perjuangan tersebut ada pihak-pihak yang merasa termusuhi itu merupakan konsekuensi.
"Itu adalah konsekuensi perjuangan. Jadi sikap saya adalah persaudaraan dan persahabatan," ujar Anas di Bandung.
Anas adalah terpidana kasus korupsi gratifikasi sejumlah proyek. Kasus Anas sejak awal memang penuh kontroversi. Ada versi yang mengatakan bahwa keberadaan gratifikasi tersebut benar adanya. Tetapi bagi para loyalisnya, kasus Anas sengaja direkayasa untuk menjungkalkannya dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat.
Salah satu loyalis Anas dan politikus Partai Kebangkitan Nusantara atau PKN, salah satu partai peserta Pemilu 2024, Gede Pasek Suardika bahkan kerap menyeret nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam kasus yang menimpa koleganya tersebut.
Selain Gede Pasek, sosok mantan politikus Partai Demokrat yang kini menyeberang ke kubu Moeldoko, Jhoni Allen Marbun bahkan secara terang benderang menuding SBY telah mengkudeta Anas.
Baca Juga
Pada tahun 2021, saat konflik antara Kubu AHY dan Moeldoko memanas, Jhoni mengungkapkan bahwa sebelum Anas berstatus tersangka, SBY selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dan Presiden Republik Indonesia mengambil kekuasaan dengan cara membentuk presidium.
Jhoni berujar SBY kemudian menjadi ketua presidium, sedangkan wakil ketuanya Anas yang tak lagi memiliki fungsi dalam menjalankan roda Partai Demokrat sebagai ketua umum. "Inilah kudeta yang pernah terjadi di Partai Demokrat," kata Jhoni lewat video, Senin, 1 Maret 2021.
Menurut Jhoni Allen Marbun, setelah Anas menjadi tersangka, Demokrat menggelar kongres luar biasa di Bali pada 2013. Ketika itu, kata dia, SBY mengatakan hanya akan melanjutkan sisa kepemimpinan Anas hingga tahun 2015.
Jhoni Allen pun mengaku diperintahkan SBY agar membujuk Marzuki Alie, kader yang saat itu menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, untuk tak maju sebagai calon ketua umum. Padahal, kata Jhoni, dalam kongres sebelumnya Marzuki meraih suara terbanyak kedua setelah Anas Urbaningrum.
Demokrat Membantah
Kabar itu kemudian dibantah oleh Kepala Badan Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra. Dia memaparkan jika SBY justru melindungi hingga dia berstatus tersangka korupsi Wisma Atlet pada 2013.
"Kalau dibilang Bapak SBY kudeta Anas, sejarah Partai Demokrat justru melindungi Anas," kata Herzaky, Senin (1/3/2021).
Herzaky menuturkan, ketika itu DPD dan DPC Partai Demokrat menuntut agar digelar kongres luar biasa untuk mengganti Anas dari kursi ketua umum.
Namun, kata Herzaky, Majelis Tinggi Partai Demokrat melindungi hak Anas karena ia baru diterpa isu dan belum berstatus sebagai tersangka. Perlindungan terhadap Anas tetap dilakukan kendati elektabilitas partai merosot karena isu tersebut.