Bisnis.com, JAKARTA – Korea Selatan menjelaskan bahwa isu kebocoran dokumen-dokumen intelijen rahasia Amerika Serikat adalah tidak benar.
Beberapa dokumen yang diunggah di media sosial memberi gambaran pada sebagian dari perang di Ukraina selama sebulan, dan memicu pertikaian diplomatik antara AS dan beberapa sekutu.
Dilansir dari Reuters pada Selasa (11/4/2023), terdapat dokumen yang memberi informasi terkait diskusi dari para pejabat Korea Selatan mengenai tekanan AS pada Seoul untuk membantu memasok senjata ke Ukraina.
Adapun penjelasan yang menunjukkan bahwa AS bisa saja memata-matai Korea Selatan, salah satu sekutu terpentingnya, dan mengundang kecaman dari Negeri Gingseng itu.
Dalam sebuah pernyataan, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan bahwa kecurigaan bahwa kantornya di Seoul dipantau adalah "benar-benar salah" dan setiap upaya untuk menggoyahkan persekutuannya dengan AS merupakan tindakan "mengorbankan kepentingan nasional".
Yoon mengatakan Menteri Pertahanan A.S. Lloyd Austin mengadakan pembicaraan telepon dengan Menhan Korsel. Keduanya mengatakan bahwa banyak dokumen tentang Korea Selatan yang dipalsukan.
Baca Juga
Kepala Pentagon menjelaskan tentang laporan media baru-baru ini tentang kebocoran tersebut dan berjanji untuk berkomunikasi secara dekat dengan Korea Selatan mengenai masalah tersebut.
Ungkapan tersebut dikeluarkan beberapa minggu sebelum Yoon bertemu dengan presiden AS Joe Biden yang akan dilakukan di Washington pada 26 April 2023.
Menurut Kim Tae-hyo selaku Deputi Penasihat Keamanan Nasional Korea Selatan, kontroversi yang terjadi tidak akan berpengaruh pada aliansi Korsel dengan AS, menjelang kunjungan yang akan dilakukan.
"AS adalah negara dengan kemampuan intelijen terbaik dunia dan sejak pelantikan (Yoon) kami telah berbagi intelijen di hampir setiap sektor," kata Kim kepada wartawan.
Di samping itu, Korea Selatan mengatakan bahwa undang-undangnya tidak mengizinkan negara untuk memasok senjata ke negara yang sedang terlibat konflik dan artinya, mereka tidak dapat mengirim senjata ke Ukraina.