Bisnis.com, JAKARTA - Pihak berwenang Rusia menjatuhi hukuman pada anak-anak yang menunjukkan sikap anti-perangnya.
Semua bermula, saat guru seni meminta peran muridnya menggambar sesuatu yang menunjukkan dukungan untuk operasi khusus Rusia di Ukraina pada April 2022.
Seorang gadis Rusia berusia 12 tahun, Masha Moskalyova pun menggambar seorang ibu dan seorang anak yang berdiri di jalur misil dengan tulisan "tidak untuk perang" dan "kemuliaan bagi Ukraina".
Akibat gambarnya, sang Ayah Alexey Moskalyev dipanggil ke sekolah dan mereka berdua pun dibawa pergi dengan mobil polisi.
Sebagai informasi, Alexey ternyata membesarkan Masha seorang diri di kota Yefremov di wilayah Tula, sekitar 200 km selatan Moskow.
Di sana, Alexey juga diinterogasi terkait komentar online-nya yang meremehkan kemampuan militer Rusia. Akhirnya, di pengadilan, Alexey didenda 32.000 rubel atau setara dengan U$420 yang berkisar Rp6,5 juta karena dianggap tengah mendiskreditkan angkatan bersenjata.
Baca Juga
Akhirnya, Federal Security Service atau Agen Layanan Keamanan Federal (FSB) membawa paksa Masha untuk pergi ke tempat penampungan dengan menuduh Alexey telah mengasuh anak dengan buruk.
Tak hanya itu, FSB juga menggeledah apartemen Alexey, diduga mengambil tabungan hidup keluarga, ponsel, laptop, dan gambar anti perang milik Masha pada Desember 2022.
Saat penggeledahan terjadi, Alexey mengatakan kepalanya dibenturkan ke dinding dan dia dikunci di sebuah ruangan sambil diputarkan lagu kebangsaan dengan suara keras. Dia didakwa atas tuduhan mendiskreditkan tentara; dan harus menghadapi hukuman tiga tahun penjara.
Atas kejadian ini, pihak berwenang Rusia – termasuk Komite Investigasi untuk Wilayah Tula – belum memberikan komentar
Pengacara Vladimir Biliyenko mengatakan, Alexey sempat ditahan dua hari di pusat penahanan pra-sidang pada awal Maret 2023. Sementara Masha yang sudah berusia 13 tahun, masih berada di tempat penampungan anak.
“Alexey tengah menjadi tahanan rumah, dia hanya diperbolehkan menghubungi saya dan para penyelidik,” kata Biliyenko dilansir dari Al Jazeera, Sabtu (11/3/2023).
Pihaknya juga tengah mengajukan permohonan kepada jaksa agung dan Komisaris Hak Asasi Manusia di Federasi Rusia soal di mana Masha akan ditempatkan.
“Ketika pihak pengadilan telah menemukan bukti yang cukup dalam menyatakan Alexey bersalah, maka kami ingin putrinya dikirim ke panti asuhan,” ujarnya.
Namun, menurut Redaktur Pelaksana OVD-Info English Dan Storyev kemungkinan Masha untuk dibebaskan dari penampungan anak-anak itu sangatlah kecil.
“Sudah umum bagi seluruh keluarga untuk diseret ke dalam penganiayaan, bahkan jika hanya satu anggota yang 'bersalah' di mata rezim – terutama jika seseorang itu masih di bawah umur,” katanya.
Sementara itu, pengacara keluarga Moskalyev, Biliyenko tidak mengomentari soal penganiayaan yang dialami Alexey selama dalam tahanan.
Kasus penahanan anak memang bukanlah hal yang baru. Seorang siswi Moskow berusia 10 tahun juga ditahan pada Oktober 2022.
Pasalnya, ada aduan dari orang tua teman sekelasnya yang mengeluhkan foto profil siswi ini mirip seperti "Saint Javelin", seorang masyarakat Ukraina yang menjadi simbol perlawanan mereka terhadap invasi yang dilakukan Rusia.
Melansir dari BBC, Filonova yang berusia 16 tahun juga dikirim ke panti asuhan terpencil sejauh 300 km dari rumahnya karena berpartisipasi dalam protes anti-perang dan diduga menyerang polisi dengan pulpen.
Dan Storyev menambahkan, tren penangkapan dan penganiayaan anak di bawah umur bersama dengan keluarganya yang dilakukan oleh rezim sangatlah mengkhawatirkan.
“Tujuan rezim adalah untuk menimbulkan rasa takut, jadi mereka mengancam keluarga dengan perpisahan, mengklaim bahwa orang tua tidak membesarkan anak dengan benar – seperti yang terjadi pada Alexey Moskalyev,” jelasnya.
Berdasarkan data, setidaknya 544 anak di bawah umur ditahan dalam protes anti-perang dalam satu tahun terakhir, dan tujuh anak di bawah umur saat ini dituntut secara pidana karena posisi anti-perang mereka
Bagi Dan, anak di bawah umur memang menjadi sasaran sejumlah kelompok untuk membagikan postingan atau komentar tentang unjuk rasa anti perang, menyebarkan selebaran menentang mobilisasi dan perang, mengadakan demonstrasi tunggal, mengungkapkan pandangan anti perang selama acara sekolah, mendemonstrasikan pakaian anti perang, dan membuat prasasti anti perang.
“Melalui serangan terhadap sekolah, anak-anak, dan orang tua, pemerintah punya tujuan melenyapkan dan menakuti masyarakat sipil Rusia,” tuturnya.