Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dahsyat dan Sulit Dideteksi, Kecepatan Rudal Hipersonik Kinzhal Rusia 14.800 KM/Jam

Rusia meluncurkan senjata andalannya, rudal hipersonik Kinzhal ke Ukraina pada Kamis (9/3/2023).
Tentara Ukraina menembak dengan howitzer 105mm ke posisi Rusia pada 8 Maret. Bloomberg AFP/Getty Images
Tentara Ukraina menembak dengan howitzer 105mm ke posisi Rusia pada 8 Maret. Bloomberg AFP/Getty Images

Bisnis.com, JAKARTA - Rusia meluncurkan senjata andalannya, rudal hipersonik Kinzhal ke Ukraina pada Kamis (9/3/2023).

Melansir Universe Magazine, Kinzhal disebut sebagai rudal hipersonik yang benar-benar baru dan Rusia menjadi negara pertama yang menggunakan rudal tersebut.

Tidak jauh berbeda dengan jenis rudal jelajah lainnya, Kinzhal merupakan kendaraan udara tak berawak yang sebagian besar terdiri dari mesin jet, tangki bahan bakar, dan sayap kecil.

Perbedaan utama antara rudal hipersonik dan konvensional hanyalah dari mesinnya. Mesin rudal hipersonik mampu mempercepat rudal hingga kecepatan tinggi.

Media Rusia melaporkan bahwa rudal hipersonik ini mampu berakselerasi hingga kecepatan 5.000 km/jam dalam beberapa puluh detik saja.

Kecepatan rudal Kinzhal akan terus meningkat dan dapat mencapai kecepatan tertingginya hingga 14.800 km/jam. Hal ini membuat rudal hipersonik Kinzhal akan sulit untuk dicegat.

Juru Bicara Komando Angkatan Udara Yury Ignat mengatakan bahwa tidak ada cara yang dapat mendeteksi dan menjatuhkan rudal Kinzhal yang berkecepatan tinggi.

"Ini adalah rudal yang menerbangkan lintasan balistik. Jet tempur MiG-31 dapat mengirimkan rudal itu ke lapisan atas atmosfer, meluncurkannya di sana dan rudal itu dapat terbang dan turun dengan kecepatan luar biasa ke sasaran," ujar Ignat dikutip dari Universe Magazine, Jumat (10/3/2023).

Namun, kelebihan itu dinilai oleh Direktur Kebijakan Senior di Pusat Pengendalian Senjata dan Non-Proliferasi John Erath sebagai pedang bermata dua bagi pasukan Rusia.

Menurutnya, kecepatan tinggi Kinzhal justru dapat mengurangi tingkat akurasi tembak dari senjata yang diluncurkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada 1 Maret 2018.

"Jika mereka ingin mencapai sasaran khusus di Ukraina, mereka seharusnya tidak menggunakan rudal ini atau mungkin mereka harus memperlambatnya karena itu [kecepatan tinggi rudal] akan merusak keuntungan mereka," jelas Erath dikutip dari Newsweek, Jumat (10/3/2023).

Erath mengatakan, rudal hipersonik Kinzhal akan lebih tepat untuk digunakan sebagai teror yang dapat menyebabkan kehancuran besar di berbagai wilayah Ukraina.

Adapun, serangan rudal hipersonik Kinzhal yang dilaporkan membentang dari Zhytomyr, Vynnytsia, dan Rivne yang berada di wilayah barat Ukraina hingga ke Dnipro dan Poltava yang ada di Ukraina Tengah itu telah menewaskan sekitar 9 warga sipil Ukraina.

Pemerintah Ukraina menyebut bahwa serangan itu juga telah memutus aliran listrik di berbagai tempat termasuk ke pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia.

Kerusakan ini membuat pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa itu terpaksa beroperasi dengan bantuan tenaga diesel darurat untuk meminimalkan kehancuran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper