Bisnis.com, SOLO - Menurut dokumen yang bocor, Rusia akan mengambil alih sebuah negara saat atau setelah invasi mereka ke Ukraina berhasil.
Vladimir Putin baru saja memberikam pidato soal setahun invasi Rusia ke Ukraina pada Selasa, 21 Februari 2023 waktu setempat. Akan tetapi, kabar tentang dokumen strategi rahasia Rusia kembali jadi perbincangan.
Dilansir dari Fox News, dokumen tersebut berisi tentang rencana Rusia dalam 10 tahun ke depan. Di dalamnya juga disebutkan negara mana yang ingin dikuasai Kremlin selanjutnya.
Sebenarnya, kabar tentang bocoran dokumen rahasia ini sudah lama. Akan tetapi, topik ini kembali jadi bahan perbincangan yang menarik pada peringatan setahun invasi Rusia ke Ukraina.
Kantor eksekutif Presiden Rusia Vladimir Putin mendistribusikan dokumen strategi internal pada musim gugur 2021 yang menjabarkan rencana 10 tahun Kremlin.
Dalam dokumen strategi itu, Rusia berambisi untuk mengambil kendali penuh atas negara tetangga Belarus, sebuah negara di utara Ukraina yang berbatasan dengan tiga anggota NATO.
Baca Juga
Dokumen strategi internal, yang diperoleh Yahoo News, menjelaskan jika misi Rusia untuk mencaplok Belarusia adalah untuk menciptakan Negara Persatuan Rusia dan Belarusia pada tahun 2030 mendatang.
Direktorat Kepresidenan untuk Kerja Sama Lintas Batas menulis skema tersebut, yang menguraikan tolok ukur yang harus dicapai Kremlin pada tahun 2022, 2025, dan 2030 untuk memastikan bahwa Rusia memiliki kontrol informasi untuk menjalankan rencana mereka.
Sampai saat ini, belum ada konfirmasi resmi dari Rusia dan Belarusia tentang kebenaran isi dokumen tersebut.
Namun yang mengejutkan, pemimpin Belarusia Lukashenko ke Moskow belum lama ini memberi peringatan kepada Ukraina tentang pengerahan militer jika Kyiv berani mendekat ke wilayah mereka.
Bahkan, ia mengatakan siap berperang bersama Rusia untuk memberi pelajaran Ukraina yang kelewat batas.
"Saya siap berperang bersama dengan Rusia dari wilayah Belarus hanya dalam satu kasus: jika satu tentara dari (Ukraina) datang ke wilayah kami dengan senjata untuk membunuh rakyat saya," kata Lukashenko Kamis lalu.