Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lomba Senjata Canggih di Tengah Perang Rusia vs Ukraina

Setahun invasi Rusia ke Ukraina, kebutuhan peralatan militer meningkat dan amunisi baru mendominasi pembicaraan. Perlombaan senjata baru pun dimulai.
Tentara Polandia berada di atas tank Leopard 2A4 usai latihan menembak di Zagan, Polandia, 30 Januari 2017./Reuters-Kacper Pempel
Tentara Polandia berada di atas tank Leopard 2A4 usai latihan menembak di Zagan, Polandia, 30 Januari 2017./Reuters-Kacper Pempel

Bisnis.com, JAKARTA - Setahun invasi Rusia ke Ukraina, kebutuhan akan peralatan militer meningkat dan amunisi baru mendominasi pembicaraan para pemimpin dunia. Perlombaan senjata baru pun dimulai.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta sekutu NATO untuk mempercepat pengiriman bantuan senjata ke negaranya untuk mengantisipasi serangan Rusia yang meluas.

Seorang analis pertahanan veteran Prancis dan mantan penasihat pemerintah, Francois Heisbourg menjelaskan telah dimulai perlombaan senjata baru setelah berakhirera  pasca-Perang Dingin dari runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.

"Ini adalah kisah akhir era pasca-Perang Dingin, dan berakhir pada 24 Februari 2022, semua pasukan kami sedang melalui ini, karena jelas sekarang bahwa tidak ada termasuk Amerika Serikat yang memiliki persediaan yang diperlukan untuk menghadapi perang besar dan berintensitas tinggi," katanya, seperti dilansir dari Bloomberg, Sabtu (18/2/2023).

Beberapa negara sedang mengkaji ulang pertahanan yang diterapkan dan menentukan jenis perang dan senjata yang harus dipersiapkan.

Baru-baru ini, para Menteri Pertahanan NATO menandatangani panduan politik baru yang meminta anggotanya untuk berinvestasi lebih banyak dalam pertahanan udara, kemampuan serangan yang dalam, dan kekuatan yang lebih berat, sambil menggarisbawahi perlunya investasi yang lebih besar dalam modernisasi digital.

Beberapa pejabat Amerika Serikat (AS) berbicara tentang keamanan Eropa dan Asia sebagai suatu yang saling terkait, atau berpotensi pada titik tertentu sebagai satu kesatuan.

Pemerintah di seluruh dunia tampaknya mengambil pelajaran dari perang intensitas tinggi pertama di Eropa sejak 1945, menilai kembali semuanya mulai dari stok amunisi hingga sistem senjata dan jalur pasokan, menurut pejabat pertahanan saat ini dan sebelumnya, serta catatan sumber terbuka di 10 negara dan NATO.

Menurut studi yang dilakukan Inggris di Royal United Services Institute yang mempelajari Ukraina, upaya mengamankan senjata, drone, dan inovasi intelijen telah memberikan presisi yang lebih besar kepada Ukraina. Keuntungan itu telah membantu meratakan medan perang melawan Rusia yang jauh lebih kuat.

Perusahaan pertahanan yang membuat beberapa peralatan utama Ukraina, bukan hanya HIMARS, tetapi sistem anti-tank Javelin dan NLAW yang berdampak pada tahap awal perang, atau howitzer self-propelled seperti French Caesar atau German PzH 2000, prospeknya melonjak.

Lomba Senjata Canggih di Tengah Perang Rusia vs Ukraina

Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 (HIMARS) ambil bagian dalam latihan militer di dekat Liepaja, Latvia 26 September 2022. REUTERS / Ints Kalnins

Industri Pertahanan

Atas dasar itu, tidak heran jika para perancang senjata menyaksikan perang gabungan senjata buatan Barat yang disumbangkan untuk melawan persenjataan modern Rusia, telah menciptakan tempat terbesar untuk industri pertahanan dalam sejarah modern.

BAE Systems Plc Inggris, misalnya, menyampaikan upayanya untuk menghasilkan pengganti kendaraan tempur Bradley AS.

Adapun, yang dibuat perusahaan sekarang yaitu lapis baja tambahan di bagian atas, untuk mempertahankan diri dari rudal anti-tank modern yang menyerang dari atas, serta perlengkapan untuk memasang senjata counter-drone.

Sebanyak hampir 500 HIMARS atau sistem roket peluncuran ganda LIS jarak jauh yang dipasok ke Ukraina, hanya 20 di antaranya yang memungkinkan Ukraina untuk bisa menimbulkan kerusakan parah pada militer Rusia.

Selain itu, lebih dari 700 artileri berat self-propelled baru yang direncanakan, 6 kali lebih banyak dari gudang senjata Jerman, dan 3 kali lebih banyak tank tempur canggih yang dapat diterjunkan oleh Inggris dan Prancis, jika digabungkan.

Beberapa negara juga meningkatkan persenjataan militernya. Tidak lama setelah Rusia menginvansi Ukraina, Pemerintah Polandia mengesahkan undang-undang untuk meningkatkan persenjataan militernya dan berbelanja senjata.

Pemerintahnya akan menghabiskan 4 persen dari produk domestik Bbuto (PDB) untuk pertahanan, proporsi yang lebih tinggi daripada negara NATO manapun.

Perang yang kini memasuki tahun kedua, rencana ekspansi Polandia telah menjadi skala yang mencengangkan. Daftar keinginan Polandia kemungkinan akan jauh melampaui kemampuannya.

Alokasi pertahanan Polandia tahun 2023 telah meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun lalu, termasuk 97,4 miliar zloty (Rp331,9 triliun) yang dialokasikan dari anggaran pusat dan 30 miliar hingga 40 miliar zloty (Rp102 triliun hingga Rp136 triliun) lainnya akan dibelanjakan oleh dana militer di luar anggaran yang dibuat tahun lalu.

Sementara itu, efek konflik tidak hanya terbatas pada tetangga Ukraina saja. China, India, Taiwan, dan AS mengawasi dengan cermat implikasi ribuan mil ke timur.

Lomba Senjata Canggih di Tengah Perang Rusia vs Ukraina

Tiga peluncur HIMARS Rumania dan dua roket tembak M270 MLRS Prancis selama ROYAL EAGLE 23, latihan tempur bersama di lapangan pelatihan Laut Hitam di Capu Midia, Constanta, Rumania, 9 Februari 2023. Foto Inquam/Octav Ganea via REUTERS

Potong Anggaran

Perang bagi sebagian besar negara anggota NATO telah memotong anggaran pertahanan, mengakhiri wajib militer dan membuang atau menjual perangkat keras dalam jumlah besar dengan keyakinan bahwa perang darat secara besar tidak akan terjadi lagi.

Menurut neraca militer, ringkasan data pertahanan tahunan dari Institut Studi Strategis Internasional Inggris dengan laporan 2023 yang diterbitkan pada pekan ini, Jerman bagian baratnya saja memiliki ribuan tank pada 1980-an, sekarang hanya memiliki 321.

Sementara itu, Inggris yang mengalokasikan 4 persen dari PDB untuk angkatan bersenjata berkekuatan 325.000 pada pertengahan 1980-an, sekarang menghabiskan sekitar setengahnya untuk kekuatan gabungan 150.000.

Namun, lonjakan  terjadi di Hongaria, negara yang bersahabat dengan Rusia, kekhawatiran lingkungan keamanan yang lebih tidak stabil dan tidak dapat diprediksi akan tetap ada. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Erta Darwati
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper