Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Turki akan membangun sebanyak 300.000 bangunan tempat tinggal di daerah yang dilanda gempa beberapa waktu lalu.
Surat kabar Yeni Safak melaporkan pada Rabu (15/2/2023) bahwa setelah dilakukan inspeksi, lebih dari 211.000 bangunan dinyatakan mengalami kerusakan parah akibat gempa.
Inspeksi tersebut dilakukan untuk 370.000 bangunan. Setelah diperiksa, diperlukan untuk membangun kembali 400.000 bangunan, di mana sekitar 300.000 adalah perumahan di 10 provinsi yang terkena dampak.
Direktorat Perumahan dan Pembangunan Perkotaan Turki sudah mulai melaksanakan rencana rekonstruksi.
"Pada tahap pertama akan mendirikan 30.000 bangunan, dan pada bulan Juni tahun ini angka tersebut akan meningkat menjadi 100.000," kata surat kabar itu.
Melansir dari TASS, para ahli telah mengungkapkan bahwa 98 persen dari bangunan yang hancur karena gempa bumi M 7,8 pada Senin (6/2/2023) dibangun sebelum tahun 1999.
Baca Juga
Setelah bencana itu, sejumlah bangunan baru di bangun. Para ahli menyebut bahwa penyebab runtuhnya sebagian besar bangunan kali ini adalah pencairan tanah di bawah pondasi bangunan.
"Ini disebabkan kurangnya utilitas bawah tanah yang dibangun dengan baik dan kelalaian insinyur dalam desain dan konstruksi," lanjut surat kabar itu.
Lebih lanjut, tanah di bawah bangunan bukan sebagai benda padat, dan banyak rumah benar-benar terbalik dengan fondasinya mengikuti guncangan bawah tanah.
Gempa berkekuatan M 7,8 dan 7,6 mengguncang dengan selisih waktu 9 jam di provinsi Kahramanmaras Turki.
Getaran pertama diikuti ratusan gempa susulan, dirasakan di negara-negara tetangga, di mana Suriah terkena dampak paling serius.
Menurut informasi terbaru, total korban tewas akibat gempa bumi di Turki dan Suriah saat ini telah melebihi 41.000 jiwa, adapun 35.418 di antaranya di Turki dan lebih dari 5.800 di Suriah.