Bisnis.com,JAKARTA- Indonesia sebagai pemimpin Asean 2023 akan mengambil peran sentral dalam mendukung stabilitas keamanan di kawasan Asia Tenggara.
Andi Widjajanto, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) mengatakan bahwa agar Asean bisa berperan sentral dalam kancah global maka syarat utama yang diperlukan adalah adanya stabilitas keamanan di kawasan itu.
“Ada dua isu stabilitas kawasan yang penting yakni masalah krisis politik di Myanmar serta Laut China Selatan. Tantangan itu di satu sisi tunjukkan suatu pekerjaan rumah sehingga harus dicari terobosan dan Indonesia sebagai Ketua Asean harus tunjukkan kepemimpinan yang kuat agar Asean bisa berperan sentral,” ujarnya dalam diskusi Forum Merdekat Barat 9 bertajuk “Potret Asean Terkini di Kancah Global”, Senin (6/2/2023).
Dia optimistis Indonesia sebagai pemimpin Asean bisa mendorong penyelesaian dua persoalan itu karena ada banyak kalan diplomasi di Asean yang mendorong kerja sama daripada konflik.
Tahun ini, tuturnya, ada sekitar 494 pertemuan antarnegara-negara anggota Asean dengan beragam topik dan persoalan Myanmar misalknya, akan berpatoan pada lima poin konsensus yang salah mengedepankan dialog inklusif dengan semua pihak untuk mendorong adanya special envoy atau utusan khusus.
Sidharto Suryodipuro, Dirjen Kerja Sama Asean Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa persoalan krisis politik Myanmar memang menjadi pokok penting karena menyangkut stabilitas kawasan dan pembangunan komuniitas kawasan.
Baca Juga
Para menteri luar negeri di kawasan itu, katanya, sudah sepakat ada kesatuan pandangan yang mendukung upaya Indonesia untuk melaksanakan konsensus penghentian kekerasan, penyaluran bantuan, upaya pendekatan denagn semua pihak serta dialog dalam proses politik yang inklusif.
“ Indonesia sampaikan recananya, dan para menteri sepakat tentang rencana yang akan dilakukan oleh indonesia dalam masalah Myanmar. Sedangkan mengenai Laut China Selatan, perlu intensif melakukan perundingan dengna China untuk mencapai suatu kemajuan dari sisi keamanan kawasan,” tambahnya.
Fajar Hirawan, Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) mengamini bahwa persoalan stabilitas di kawasan Asia Tenggara memegang peranan penting untuk memajukan pertumbuhan dan kesejahteraan kawasan itu.
Menurutnya, investasi dan perdagangan internasional antarnegara Asean sejak 2015 tergoling tinggi. Hal ini, tuturnya, menjadi tanda bahwa kawasan ini memiliki potensi yang besar.
“Di mana-mana stabilitas ekonomi akan dipengaruhi oleh politik dan keamanan. Saya rasa memang stabilitas di kawasan patut dijaga dalam hal ini Myanmar. Kalau bicara masalah negara anggota Asean berarti semua harus dilihat. Asean memang didirikan sebagai forum untuk mengajak semua tumbuh bersama, tapi kalau ada satu yg punya isu stabilitas, itu jadi tantangan tersendiri,” ungkapnya.
Terkait episentrum pertumbuhan di Asean, menurut Fajar ada tiga isu prioritas untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan yakni peningkatan daya saing, digitalisasi dan pembangunan berkelanjutan.
Sidharto menambahkan bahwa di bidang ekonomi ada beberapa isu yang sensitive yakni ketahanan pangan dengan meningkatkan kerja sama misalkan jika terjadi krisis, antaranggota Asean dapat saling membantu dengan jumlah yang lebih besar. Selain itu semua anggota sepakat untuk menjalin hubungan dengan negara penghasil pangan secara bersama-sama.
“Selain itu ada isu sensitive lain seperti transisi energi, kesehatan, keuangan di mana kita sudah punya kesepakatan bingkai ekonomi digital dan mobil listrik. Khusus untuk mobil listrik, Indonesia mendorong terciptanya ekosistem kawasan yang memiliki aturan serupa sehingga tiap produsen memiliki outlook secara kawasan karena pasarnya kawasan bukan domestik. Di bidang ini kita punya daya saing ini salah satu motor pertumbuhan,” ucapnya.