Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) mempersiapkan bantuan militer senilai US$2 miliar atau sekitar Rp30 triliun untuk Ukraina. Bantuan ini termasuk juga roket jarak jauh dan senjata militer lainnya.
Melansir dari Reuters, sejumlah pejabat AS mengatakan, bantuan yang diharapkan dapat segera diumumkan ini juga akan mencakup peralatan pendukung sistem pertahanan udara Patriot, amunisi pemandu presisi, serta senjata anti-tank Javelin.
Bantuan-bantuan tersebut dikabarkan berasal dari dana yang dikenal sebagai Inisiatif Bantuan Keamanan Ukraina (USAI). Dana ini memberikan peluang bagi pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk memperoleh senjata di luar dari senjata yang dimiliki oleh AS.
"Dana USAI akan digunakan untuk pembelian senjata baru, Ground Launched Small Diameter Bomb (GLSD) yang memiliki jangkauan 150 km," ujar salah satu pejabat AS dikutip dari Reuters, Rabu (1/2/2023).
Selain untuk pembelian bom luncur, dana USAI juga akan digunakan membayar komponen pertahanan udara HAWK, sistem kontra drone, kontra artileri dan radar pengawasan udara, drone PUMA, hingga suku cadang untuk sistem pertahanan udara Patriot dan Bradley.
Jarak luncur bom yang jauh ini akan memungkinkan Ukraina untuk mencapai target atau sasaran yang sebelumnya berada di luar jangkauan. Alat tersebut juga akan memudahkan Ukraina untuk mengirimkan serangan balik ke Rusia.
Baca Juga
Adapun GLSDB merupakan bom yang dibuat oleh SAAB, perusahaan pesawat asal Swedia dan The Boeing Company. Alat tersebut menggabungkan bom berdiameter kecil (SDB) GBU-39 dengan motor roket M26 yang keduanya menjadi bahan yang umum di persediaan AS.
GLSDB yang dipandu dengan menggunakan global positioning system (GPS) memiliki beberapa keunggulan. Alat yang dapat mengalahkan berbagai gangguan elektronik ini terjadi juga dapat melawan berbagai jenis kendaraan lapis baja. Selain itu, bom luncur ini juga dapat digunakan dalam segela kondisi cuaca.