Bisnis.com, JAKARTA – Pihak Amerika Serikat (AS) menegaskan, bahwa Rusia tidak mematuhi kontrol senjata nuklir New START, yakni perjanjian kontrol senjata terakhir yang tersisa antara dua kekuatan nuklir utama di dunia, karena ketegangan meningkat selama perang Ukraina.
Melansir Channel News Asia, Rabu (1/2/2023), menanggapi permintaan dari Kongres, Departemen Luar Negeri AS menyalahkan Rusia karena menangguhkan inspeksi dan membatalkan pembicaraan, tetapi tidak menuduh saingan Perang Dinginnya memperluas hulu ledak nuklir di luar batas yang disepakati.
"Rusia tidak memenuhi kewajibannya di bawah Perjanjian New START untuk memfasilitasi kegiatan inspeksi di wilayahnya," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri, dan menuduh bahwa penolakan Moskow "mengancam kelangsungan kontrol senjata nuklir AS-Rusia".
“Rusia memiliki jalur yang jelas untuk kembali pada kepatuhan, yang perlu dilakukan Rusia hanyalah mengizinkan kegiatan inspeksi di wilayahnya, seperti yang terjadi selama bertahun-tahun di bawah Perjanjian New START, dan bertemu dalam sesi Komisi Konsultatif Bilateral,” katanya mengacu pada pembicaraan formal yang diatur di bawah perjanjian.
"Tidak ada yang menghalangi inspektur Rusia untuk bepergian ke Amerika Serikat dan melakukan inspeksi."
Moskow mengumumkan pada awal Agustus bahwa mereka menangguhkan inspeksi AS terhadap lokasi militernya di bawah New START.
Baca Juga
Diplomasi antara kedua kekuatan telah mencapai titik minimum selama setahun terakhir ketika AS memimpin upaya untuk menjatuhkan sanksi atas Rusia secara ekonomi dan mempersenjatai Ukraina dengan senjata miliaran dolar saat melawan invasi dari Moskow.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengeluarkan ancaman terselubung untuk menggunakan senjata nuklir di Ukraina, menghidupkan kembali ketakutan era Perang Dingin akan perang apokaliptik.
Rusia menunda pembicaraan tanpa batas waktu di bawah New START yang akan dimulai pada 29 November di Kairo, dan menyebut AS "beracun dan permusuhan".