Bisnis.com, JAKARTA - Negara-negara di Asia Tenggara diperkirakan meraup untung besar karena tidak mewajibkan syarat tes Covid-19 bagi pelancong asal China.
Berbeda dengan Amerika Serikat (AS), Inggris, Australia, India, dan Jepang, negara di Asia Tenggara seperti Kamboja, Singapura, hingga Indonesia hingga menolak untuk memberlakukan persyaratan tersebut.
Keputusan sejumlah negara di Asia Tenggara yang memilih untuk tidak mewajibkan tes Covid-19 bagi warga China ini diambil setelah memastikan bahwa negaranya memiliki kekebalan populasi yang tinggi.
Singapura, misalnya, sekitar 83 persen penduduknya telah menyelesaikan program vaksinasi Covid-19, hal ini tentu berpengaruh pada peningkatan imunitas tubuh terhadap Covid-19 pada mayoritas masyarakat Singapura.
Sementara itu, Ketua Dewan Pariwisata Pulau Resor Ida Bagus Agung Parta mengungkapkan, dirinya juga akan memperluas cakupan vaksinasi dosis primer bagi para para pekerja guna meningkatkan sistem pertahanan tubuh mereka.
Di sisi lain, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, sekutu Beijing, menggambarkan persyaratan pengujian negara lain sebagai "propaganda yang dirancang untuk menakut-nakuti masyarakat saja.
Baca Juga
"Apa pun yang ingin dilakukan negara lain, itu hak mereka," kata Hun Sen dalam pidatonya baru-baru ini.
"Tapi untuk Kamboja, ini adalah undangan untuk orang China: turis China, datanglah ke Kamboja."
Menurut Ekonom CIMB Song Seng Wun, keputusan untuk tidak memberlakukan syarat tes Covid-19 akan menguntungkan negara Asia Tenggara lantaran pendatang dari China tentu akan memilih negara yang tidak akan merepotkan mereka, yakni negara-negara yang tidak mewajibkan syarat tes Covid-19.
"Semakin sibuk bandara regional, semakin baik untuk ekonomi mereka," terang Song dilansir dari Channel News Asia, Jumat (6/1/2023).
Song mengatakan, ketertarikan pada wilayah tersebut telah meningkat bahkan sebelum berita tentang tidak diperlukannya persyaratan Covid-19 dikemukakan.
Berdasarkan survei yang digelar oleh pameran dagang ITB China, sebanyak 76 persen agen perjalanan di China bahkan telah memilih Asia Tenggara sebagai tujuan utama perjalanan internasional.
Adapun, warga negara China memang menjadi pengunjung terbesar dari beberapa sektor wisata di wilayah Asia Tenggara.
Di Vietnam, contohnya, hampir sepertiga dari 18 juta kedatangan asing pada 2019 berasal dari China. Selain itu, seperlima dari kedatangan internasional di Singapura juga dilaporkan berasal dari warga China, mereka bahkan telah menghabiskan sekitar US$671 juta.
Pada 2023, Thailand memperkirakan akan menyambut 5 juta wisatawan China atau sekitar setengah dari 10,99 juta wisatawan pada 2019. Malaysia, negara tetangganya, memproyeksi sekitar 1,5 juta hingga 2 juta wisatawan China akan datang ke negara dengan sebutan negeri jiran itu.
Tingginya jumlah masyarakat yang melakukan perjalanan ke luar negeri diharapkan dapat membawa pemulihan yang berarti dalam pariwisata massal yang akan dimulai pada kuartal kedua 2023 mendatang.