Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengenal XBB1.5, Subvarian Covid-19 yang Paling Menular

XBB1.5 menyebar dengan cepat di Amerika Serikat dan sebagian negara di Eropa  tengah dikhawatirkan menyebabkan lonjakan infeksi Covid-19 yang signifikan. 
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin dosis ketiga kepada warga di Denpasar, Bali, Selasa (14/6/2022). Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengimbau masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau penguat (booster) sebagai antisipasi penyebaran Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/rwa.
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin dosis ketiga kepada warga di Denpasar, Bali, Selasa (14/6/2022). Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengimbau masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau penguat (booster) sebagai antisipasi penyebaran Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/rwa.

Bisnis.com, JAKARTA - Subvarian baru Covid-19, XBB1.5 menyebar dengan cepat di Amerika Serikat (AS) dan sebagian negara di Eropa  dikhawatirkan menyebabkan lonjakan Covid-19 yang signifikan. 

Seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa subvarian Omicron XBB1.5 menjadi subvarian yang memiliki tingkat penularan tertinggi, jika dibandingkan dengan berbagai subvarian Covid-19 lain yang telah terdeteksi. Subvarian ini setidaknya telah ditemukan di 29 negara. 

Sementara itu, Profesor dari Universiry of Cambridge, Ravindra Gupta mengatakan, mutasi pada blok dalam subvarian XBB1.5 mampu meningkatkan kemampuan virus untuk bisa melekat lebih erat ke sel manusia. Hal ini menyebabkan virus tersebut dapat bereplikasi dengan mudah dan mempercepat penularan. 

Mutasi tersebut juga dapat membantu virus untuk menghindari antibodi dalam tubuh, baik yang terbentuk dari proses infeksi sebelumnya maupun vaksinasi Covid-19. 

"XBB1.5 secara bersamaan menghindari kekebalan dan meningkatkan penularan," terang Gupta dilansir dari Channel News Asia, Jumat (6/1/2023). 

Kendati demikian, Gupta meminta masyarakat untuk tidak khawatir akan infeksi yang disebabkan oleh subvarian XBB1.5.

Menurutnya, meskipun memiliki tingkat penularan yang tinggi, belum ada indikasi yang menunjukkan bahwa subvarian baru ini mampu menyebabkan gejala yang lebih parah dari varian Omicron sebelumnya. 

Hingga kini, para ilmuwan terus mengumpulkan data dan menganalisis XBB1.5, tetapi kekhawatiran utama hanya akan muncul jika subvarian menunjukkan perubahan penularan dan menyebabkan gejala yang meluas dan lebih serius. 

Gejala Khas Subvarian XBB1.5 

Gupta mengatakan, pasien Covid-19 yang terinfeksi oleh subvarian XBB1.5 ini memiliki gejala penyakit yang mirip dengan gejala yang timbul akibat varian Omicron. Gejala yang timbul, ujarnya, antara lain adalah pilek, batuk, sakit kepala, sakit tenggorokan, hingga demam. 

Selain gejala, subvarian ini juga memiliki kesamaan dengan varian Covid-19 lainnya, yang akan lebih mudah menyebabkan infeksi pada kelompok lanjut usia (lansia), mereka yang belum mendapatkan vaksinasi Covid-19, serta penderita penyakit penyerta atau komorbid. 

"Individu yang menjalani perawatan atau pengobatan yang melemahkan sistem kekebalan tubuh mereka, seperti kemoterapi, juga berisiko lebih tinggi," terang Gupta. 

Menurut dia, subvarian XBB1.5 yang diperkirakan akan menyebar ke seluruh belahan dunia ini dapat membuka membuka peluang bagi virus untuk terus bermutasi dan memunculkan berbagai varian baru dengan infeksi kronis, yang memungkinkan penderita untuk memiliki waktu penyembuhan yang lebih lama. 

Semakin banyak infeksi yang ditimbulkan oleh Virus Corona, maka akan semakin besar pula kemungkinan infeksi kornis yang langka akan terjadi. 

"Selama infeksi jangka panjang yang kronis itu, virus pada dasarnya berkembang di dalam diri seseorang untuk melepaskan diri dari antibodi dan membuat dirinya seinfeksi mungkin," ujarnya. 

Untuk itu, Gupta mengimbau terus menggencarkan cakupan vaksinasi Covid-19. Menurutnya, vaksin Covid-19 masih menjadi kunci keberhasilan dunia untuk bisa kebal dari berbagai jenis Virus Corona terbaru. 

"Bukti menunjukkan bahwa penguat bivalen menghasilkan respons antibodi yang sangat bagus dan kuat terhadap subvarian Omicron termasuk BA.4 dan BA.5,” ucap Gupta. 

Peningkatan kadar antibodi dalam darah dan saluran pernapasan yang dibawa oleh vaksin, ujar Gupta, dapat mengatasi virus secara lebih efektif. Hal ini akan membuat seseorang mengalami gejala yang lebih ringan usai terinfeksi Virus Corona. 

"Bahkan jika Virus corona mengelak kebal, tingkat antibodi yang sangat tinggi ini akan memiliki beberapa efek dalam membatasi kemungkinan infeksi festival dan juga kemungkinan penyakit parah,” jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper