Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anwar Ibrahim: Malaysia Perketat Pengawasan Covid-19 Bukan untuk Diskriminasi

Malaysia memperketat pengawasan penularan Covid-19 di perbatasan bukan hanya untuk pelancong dari China, dan bukan untuk mendiskriminasi.
Perdama Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan susunan kabinet pada Jumat (2/12/2022) malam. JIBI/Bisnis- nancy Junita @anwaribrahim
Perdama Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan susunan kabinet pada Jumat (2/12/2022) malam. JIBI/Bisnis- nancy Junita @anwaribrahim

Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri (PM) Anwar Ibrahim, pada Rabu (4/1/2023) mengatakan bahwa keputusan pemerintah Malaysia untuk memperketat pengawasan perbatasan akibat lonjakan Covid-19 tidak dimaksudkan untuk mendiskriminasi negara manapun.

Anwar juga mengatakan pada saat jumpa pers, bahwa kesehatan masyarakat menjadi perhatian utama pemerintah, dan tidak akan tergantikan oleh pariwisata atau pertumbuhan ekonomi.

“Kami telah mengambil sikap untuk tidak mendiskriminasi negara mana pun karena jika kami melihat tingkat infeksi yang dikatakan tentang China, kami tahu bahwa jumlah kematian di Amerika Serikat karena Covid-19 tinggi, dan negara lain juga," kata Anwar.

Dikatakan, langkah-langkah tersebut dilakukan hanya untuk berupaya menyelamatkan warga negaranya.

“Kami mengambil langkah-langkah ini untuk menyelamatkan warga kami. Siapa pun yang masuk harus diawasi dan tunduk pada ketentuan yang sama,” lanjutnya.

Lebih lanjut, muncul kekhawatiran dari pemerintah Malaysia terkait masuknya wisatawan China pada akhir pekan ini, seperti dilansir dari CNA, Rabu (4/1/2023).

Anwar mengatakan bahwa pada tahun lalu terdapat 336.000 pengunjung dari China, dengan mayoritas merupakan wisatawan. Lalu, pada Desember tahun lalu, ada 53.000 pendatang dari China.

“Tidak ada lonjakan infeksi yang dapat dikaitkan dengan negara manapun. Ini tidak berarti kami mengendurkan aturan untuk negara manapun, termasuk China. Kami harus memantau sesuai dengan itu,” katanya.

Setelah muncul kekhawatiran atas meningkatnya kasus Covid-19 di China, Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan pada 30 Desember lalu bahwa semua pengunjung yang memasuki Malaysia harus menjalani pemeriksaan suhu badan.

Jika ditemukan mengalami demam, bergejala atau telah menyatakan sendiri gejalanya, maka akan dikirim ke pusat karantina atau ke otoritas kesehatan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Selain itu, pelancong yang pernah ke China dalam 14 hari terakhir setelah kedatangan di negara tujuan harus menjalani tes RTK-Ag (tes antigen cepat). Lalu, sampel itu akan dikirim untuk pengujian genom jika ditemukan positif Covid-19.

Pada Senin (3/1/2023), Kementerian Kesehatan Malaysia menegaskan bahwa pihaknya siap memperketat pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari kebijakan perbatasan pandemi Covid-19.

Sementara itu, Menteri Transportasi, Anthony Loke mengatakan bahwa Malaysia akan melihat lonjakan permintaan penerbangan setelah pembukaan kembali perbatasan China.

Atas dasar itu, Asosiasi Badan Pariwisata Malaysia (MATA) mendesak pemerintah Malaysia untuk menghentikan sementara masuknya wisatawan dari China hingga situasi di negara itu membaik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Erta Darwati
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper