Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mendesak warganya untuk bersabar dan kuat dalam melawan kerasnya musim dingin.
Para pejabat di Ukraina terus berupaya untuk memulihkan tenaga dan layanan lain di negaranya yang dilumpuhkan oleh serangan udara Rusia.
Sejak awal Oktober 2022, Rusia telah menggempur infrastruktur listrik Ukraina dan menyebabkan pemadaman listrik dan jutaan orang hidup tanpa pemanas di saat musim dingin.
"Untuk melewati musim dingin ini, kita harus lebih tangguh dan bahkan lebih bersatu dari sebelumnya," kata Zelensky dalam pidato, Minggu (5/12/2022) malam.
Menurut Zelensky tidak bisa membiarkan konflik dan pemogokan internal yang berimbas akan melemahkan.
"Kita tidak dapat membiarkan konflik dan pemogokan internal apa pun yang dapat melemahkan kita semua, bahkan jika seseorang di luar sana berpikir bahwa itu akan memperkuat dirinya secara pribadi," lanjut Zelensky.
Negara-negara Barat telah mengutuk gelombang serangan udara Rusia terhadap infrastruktur sipil dan listrik di Ukraina, seperti dilansir dari CNA, Senin (5/12/2022).
Wakil Sekretaris Urusan Politik AS, Victoria Nuland mengatakan pada Sabtu (3/12/2022) bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin membawa perang ke tingkat baru, dengan mencoba memadamkan lampu warga sipil.
Rusia mengatakan serangan itu tidak menargetkan warga sipil, tetapi dimaksudkan untuk mengurangi kemampuan Ukraina untuk berperang.
Selain itu, sebagai upaya untuk mendorong Ukraina untuk bisa bernegosiasi, meskipun Kyiv mengatakan serangan semacam itu adalah kejahatan perang.
Adapun tekanan Barat terhadap Moskow atas tindakannya di Ukraina memuncak pada pengenaan batas harga US$60 per barel pada minyak mentah di lintas laut Rusia.
Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak mengatakan Moskow sedang mencari cara untuk melarang penggunaan batas harga.
"Kami akan menjual produk minyak dan minyak hanya ke negara-negara yang akan bekerja dengan kami di bawah kondisi pasar, bahkan jika kami harus sedikit mengurangi produksi," kata Novak.
Zelensky mengatakan pada Sabtu (4/12/2022) bahwa dunia telah menunjukkan kelemahan dengan menetapkan batas pada US$60.