Bisnis.com, JAKARTA – Cengkeraman Rusia di kota Kherson tampak semakin memudar. Akhir pekan lalu, seluruh warga sipil diperintahkan untuk segera mengungsi dalam menghadapi serangan balasan Ukraina.
Dilansir Al Jazeera pada Senin (24/10/2022), Pemerintah Rusia yang ditempatkan di Kherson mengatakan kepada penduduk untuk segera mengungsi sambil membawa, uang, barang berharga, pakaian, dan dokumen penting mereka.
Pejabat Rusia di selatan Ukraina mencoba mengevakuasi hingga 60.000 orang yang tinggal di tepi barat Sungai Dnipro.
Karena peningkatan tajam dalam jumlah orang yang ingin meninggalkan kota, pihak berwenang melaporkan kekurangan kapal untuk mengangkut orang menyeberangi sungai pada pada hari Minggu.
“Situasi hari ini sulit. Sangat penting untuk menyelamatkan hidup Anda. Ini tidak akan lama. Anda pasti akan kembali,” kata Menteri Pendidikan Rusia Sergey Kravtsov.
Sementara itu, kepala wilayah Kherson yang dilantik Rusia Kirill Stremousov mengatakan sekitar 25.000 orang telah dievakuasi sejak Selasa.
Baca Juga
“Kami sekali lagi menyarankan Anda untuk meninggalkan kota dan tepi barat Dnipro. Kami tidak akan menyerahkan Kherson,” kata Stremousov yang dipublikasikan di Telegram.
Dia juga mengatakan alat peledak rakitan menewaskan satu orang dan melukai lainnya pada hari Minggu.
Lembaga think tank AS Institute for the Study of War desakan untuk mengungsi tersebut mengindikasikan bahwa Rusia tidak mengharapkan kembalinya warga sipil dengan cepat ke kota itu, dan tampaknya berusaha mengurangi populasinya untuk merusak sosial jangka panjang dan kelayakan ekonomi.
Militer Ukraina menambahkan bahwa Rusia telah mengevakuasi pasukan veteran dari sekitar Kherson, satu-satunya kota di tepi barat Sungai Dnipro yang direbut oleh Rusia sejak dimulainya perang lebih dari tujuh bulan lalu.
Juru bicara komando operasional Ukraina Vladyslav Nazarov mengatakan bahwa personel Rusia dipindahkan ke tepi kiri Sungai Dnipro, meninggalkan unit yang baru dimobilisasi di tepi kanan.
Posisi Rusia di Kherson nampak semakin terdesak dalam beberapa pekan terakhir, namun Kremlin tampak bersemangat untuk memperjuangkan kota itu dan menempatkan 20.000 tentara di dalam dan di sekitarnya.
Tetapi keberhasilan Ukraina di bagian utara garis depan pada bulan September, termasuk merebut kembali Izium, tampaknya telah meyakinkan Rusia bahwa mereka tidak dapat lagi mempertahankan pasukan di tapi barat sungai Dnipro.