Bisnis.com, JAKARTA - Sri Lanka akan memulai pemilihan presiden baru pekan ini di tengah gejolak unjuk rasa yang memaksa pemerintahan sementara memberlakukan keadaan darurat.
Dilansir Bloomberg pada Senin (18/7/2022), Pelaksana Tugas Presiden sekaligus Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe telah mengumumkan keadaan darurat nasional yang berlaku mulai pada Senin, menjelang pemilihan baru presiden.
"[Keadaan darurat diberlakukan] demi kepentingan keamanan publik, perlindungan publik. ketertiban dan pemeliharaan persediaan dan jasa,” ungkap Wicremingsinghe seperti dikutip Bloomberg, Senin (18/7/2022).
Dengan keadaan darurat ini, tentara dan polisi Sri Lanka diberikan wewenang yang lebih besar untuk menahan dan menangkap orang yang mengancam keamanan dan keamanan.
Adapun para legislator di parlemen dengan 225 kursi pada Selasa (19/7) akan mengajukan nominasi untuk jabatan Presiden menggantikan Gotabaya Rajapaksa yang melarikan diri ke Singapura. Pemungutan suara dijadwalkan pada Rabu
Setidaknya bakal ada 4 kandidat, termasuk Wickremesinghe, bersaing untuk menjadi presiden baru yang akan menjalani sisa masa jabatan Rajapaksa hingga November 2024.
Baca Juga
Wickremesinghe merupakan kandidat utama Presiden. Namun pengunjuk rasa juga tidak ingin sekutu Rajapaksa ini menjabat sebagai presiden, sehingga kerusuhan berpotensi berlanjut jika ia terpilih.
Selain Wickremesinghe, pemimpin utama oposisi Sajith Premadasa, pemimpin Marxis Janatha Vimukthi Peramuna (JVP) Anura Kumara Dissanayake, dan Dullas Alahapperuma adalah tiga pemimpin lainnya yang sejauh ini telah mengumumkan pencalonan untuk memperebutkan suara di parlemen.
Para kandidat Presiden perlu memenangkan 50 persen plus satu suara, atau 113 di parlemen jika semua anggota parlemen menggunakan hak suara mereka.
Sekadar informasi, Sri Lanka mengalami krisis perekonomian karena tidak tersedianya input dasar untuk produksi, depresiasi mata uang sebesar 80 persen sejak Maret 2022, ditambah dengan kurangnya cadangan devisa dan kegagalan negara untuk memenuhi kewajiban utang internasionalnya.
Selain itu, ratusan warga Sri Lanka juga terus mengantri di pompa bensin di seluruh negara yang dililit utang setiap hari di tengah kekurangan bahan bakar, dan sejumlah besar orang meninggalkan mobil dan sepeda motor mereka untuk sepeda untuk perjalanan sehari-hari mereka.
Sementara itu, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva mengatakan dalam sebuah wawancara pada hari Sabtu bahwa pembicaraan restrukturisasi utang dengan Sri Lanka dapat dilanjutkan segera setelah pemerintahan baru terbentuk. Hal ini dapat membuka jalan bagi bailout.