Bisnis.com, JAKARTA -- Pekan ini menjadi yang paling penting. Banyak momen politik terjadi. Komunikasi politik kian intens. Peta politik juga mulai mengerucut. Paling mencolok adalah pengumuman bakal calon presiden (bacapres) Partai NasDem.
NasDem, seperti yang banyak diberitakan oleh khalayak, telah mengumumkan tiga bacapres-nya Jumat kemarin. Ketiganya adalah Anies Baswedan, Andika Perkasa, hingga Ganjar Pranowo.
Pengumuman dibacakan oleh Ketua Umum NasDem secara langsung, Surya Paloh. Entah apa alasannya mengambil hari Jumat. Mungkin, karena hari itu bagi mayoritas warga NKRI, adalah hari baik, atau ada alasan lain. Wallahu alam.
Yang jelas setelah pengumuman itu, kontelasi politik semakin dinamis. NasDem jadi sorotan. Surya Paloh, lewat pengumuman itu, seolah sedang mengunci lawan atau calon mitra politiknya. Dengan bekal tiga nama, NasDem meneguhkan sikap tidak ingin menjadi follower. Mereka ingin berperan sebagai penentu koalisi.
Apalagi ketiga nama yang diumumkan sedang ranum-ranumnya. Muda untuk ukuran politikus serta memiliki elektabilitas yang selangit. Tak masalah meski mereka bukan kader sendiri.
Anies dan Ganjar, misalnya, adalah duo politikus lulusan UGM yang saat ini sedang naik daun. Keduanya juga memiliki banyak loyalis dan cukup matang untuk maju dalam kontestasi politik 2024 mendatang.
Baca Juga
Meski demikian, kemunculan keduanya di bursa capres NasDem tak terlalu mengejutkan. Sejak kapan hari, Anies dan Ganjar memang selalu dikaitkan dengan NasDem. Kedekatan Anies dan NasDem belakangan ini bahkan sangat lengket.. ket.. ket seperti perangko.
Justru yang menarik adalah Andika Perkasa. Nama Andika sama sekali tidak diprediksi. Secara survei, elektabilitas eks Kepala Staf Angkatan Darat atau KSAD itu tertinggal dari Anies dan Ganjar. Elektabilitas Andika juga masih dibawah seniornya sesama pasukan khusus, Prabowo Subianto.
Ini tentu menjadi pertanyaan. Kenapa Andika, bukan Prabowo atau putra mahkota Cikeas Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)? Bukannya Prabowo dan AHY pernah sowan secara langsung ke Surya Paloh?
Jawabannya: cuma Tuhan dan Surya Paloh yang tahu.
Tetapi NasDem tentu punya pertimbangan lain. Mungkin, khusus kasus Andika Perkasa, perannya sebagai Panglima TNI dianggap memiliki daya tarik elektoral bagi NasDem. Mungkin juga untuk membendung manuver politik partai lain yang berminat mengusung Andika ke Pilpres 2024.
Manuver NasDem, yang pasti, ibarat pepatah sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. NasDem menerapkan strategi politik yang cukup ciamik. Kalau partai politik lain membangun koalisi dulu, capres kemudian. Nasdem justru kebalikannya, capres dulu koalisi kemudian.
Skema ini jelas akan menguntungkan NasDem dari sisi manapun. Sangat efektif dari sisi politik. Dengan strategi itu, NasDem akan diuntungkan dalam dua sisi, baik dalam kontestasi Pilpres maupun pemilihan legislatif (Pileg).
Wajar, jika manuver Surya Paloh dan NasDem itu berhasil memanaskan suhu politik. PDIP langsung konsolidasi. Gerindra segera deklarasikan Prabowo Subianto maju capres 2024. Sedangkan Demokrat dan PKB, yang namanya sama sekali tidak dilirik oleh Surya Paloh tiba-tiba mengumumkan akan membentuk koalisi bersama PKS.
Semoga saja berbagai eksperimen politik itu terealisasi, semakin banyak koalisi, kontelasi politik 2024 bakal lebih menarik.