Bisnis.com, JAKARTA—Mulai pekan ini Amerika Serikat menghapus persyaratan tes Covid-19 untuk pelancong yang masuk menggunakan pesawat terbang, sedangkan Jepang mengizinkan wisatawan internasional masuk ke negara itu.
Dalam salah satu perkembangan perjalanan yang paling dinanti tahun ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyatakan siap mencabut persyaratan bagi para pelancong untuk dites negatif Covid-19 sebelum memasuki Amerika Serikat seperti dikutip CNN.com, Minggu (12/6/2022).
Pemeriksaan Covid-19 telah berlaku sejak Januari 2021 di negara itu.
Keputusan terbaru itu akan mendorong pelancong di seluruh dunia untuk merencanakan liburan musim panas di Amerika Serikat dan mendorong lebih banyak pelancong AS untuk menjelajah ke luar negeri.
Mereka berharap tidak terdampar di luar negeri akibat hasil tes positif. Sejauh ini perjalanan udara masih lesu terutama di bidang pariwisata.
Jepang juga akhirnya membuka perbatasannya untuk grup wisata internasional mulai 10 Juni. Hanya saja pelancong individu belum diizinkan masuk.
CDC menambahkan empat tempat masuk daftar tujuan berisiko "tinggi" untuk Covid-19 minggu ini, termasuk tempat wisata Saint Kitts dan Nevis di Karibia yang populer. Hanya dua tujuan yang diturunkan dari status tinggi ke sedang, yakni Guatemala dan Zimbabwe.
CDC minggu ini juga mengeluarkan peringatan perjalanan "Level 2" untuk cacar monyet, penyakit langka yang merupakan sepupu cacar dan telah menjadi berita utama setelah muncul sejumlah kasus di belasan tujuan wisata.
CDC menyatakan bahwa meskipun risikonya terhadap masyarakat umum rendah, namun orang harus waspada dan terus "mempraktikkan tindakan pencegahan yang baik".
Pakar keamanan biologis AS Eric Toner mengatakan kebijakan penghapusan tes Covid-19 ini diperkirakan tidak akan meningkatkan risiko penyebaran virus corona ke AS secara signifikan. Namun, ia mengatakan pelancong tetap harus memakai masker ketika terbang untuk mengurangi kemungkinan penyebaran.
“Saya sudah lama berpikir bahwa persyaratan pengujian untuk perjalanan ke AS tidak berdasarkan bukti atau logis – dan sebagian besar negara lain telah meninggalkan pendekatan ini,” kata Toner, dikutip Bloomberg, Minggu (12/6).