Bisnis.com, JAKARTA - Ukraina menolak gencatan senjata atau menerima konsesi teritorial apa pun dari Rusia yang terus menggempur wilayah Donbas dan Mykolaiv dengan serangan udara dan tembakan artileri.
Sikap tanpa kompromi dari pihak Ukraina dalam beberapa pekan terakhir diambil karena Rusia mengalami kemunduran militer. Para pejabat Ukraina juga khawatir mereka akan ditekan untuk mengorbankan wilayahnya demi kesepakatan damai.
"Perang harus diakhiri dengan pemulihan penuh integritas teritorial dan kedaulatan Ukraina," kata Andriy Yermak, kepala staf kepresidenan Ukraina, dikutip dari ChannelNewsAsia.com, Senin (23/5/2022).
Sementara itu, Presiden Polandia Andrzej Duda juga mendukung sikap Ukraina dengan mengatakan kepada anggota parlemen di Kyiv bahwa masyarakat internasional harus menuntut penarikan penuh pasukan Rusia.
"Muncul suara-suara yang meminta Ukraina harus menyerah pada tuntutan (Presiden) Putin," katanya. Adapun, Duda merupakan pemimpin asing pertama yang berpidato di parlemen Ukraina secara langsung sejak invasi Rusia pada 24 Februari lalu.
"Hanya Ukraina yang berhak memutuskan masa depannya," imbuh Duda.
Baca Juga
Berbicara pada sesi parlemen yang sama, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memperbarui permohonannya untuk menjatuhkan sanksi ekonomi yang lebih kuat terhadap Moskow.
“Sikap setengah-setengah tidak boleh digunakan ketika agresi harus dihentikan,” katanya.
Tak lama setelah keduanya selesai berbicara, sirene serangan udara terdengar di ibukota Ukraina, sebuah pengingat bahwa perang masih berkecamuk meski jaraknya ratusan kilometer.
Rusia melancarkan serangan besar-besaran di Luhansk, salah satu dari dua provinsi di Donbas, setelah mengakhiri perlawanan selama berminggu-minggu di pelabuhan tenggara strategis Mariupol.
Pertempuran terberat terfokus di sekitar kota kembar Sievierodonetsk dan Lysychansk. Hal itu disampaikan penasihat kementerian dalam negeri Vadym Denysenko kepada televisi Ukraina.