Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai kunjungan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ke Amerika Serikat (AS) mampu menggairahkan suntikan investasi asing ke Indonesia.
Menurutnya, investor dari Negeri Paman Sam tersebut memang memiliki ketertarikan untuk membenamkan modal di Indonesia. Pasalnya, Indonesia memiliki potensi besar dalam penyediaan bahan baku industri, penyediaan energi hijau, dan ekonomi digital.
“Investor AS secara tradisional memang berminat ke sektor pertambangan, minyak dan gas (migas), telekomunikasi-digital dan industri pengolahan,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (13/5/2022).
Namun, Bhima memberikan catatan terkait porsi investasi di sektor infrastruktur, pariwisata, dan energi terbarukan serta mobil listrik. Dia menilai sektor-sektor tersebut belum terlalu memikat perhatian investor.
Walhasil, Bhima menekankan kunjungan Kepala Negara harus dioptimalkan untuk mendorong dampak investasi ke Indonesia ke depannya.
“Sektor investasi potensial harus didorong dengan berbagai kerjasama dengan AS. Bahkan, minat Tesla berinvestasi di sektor energi terbarukan dan EV agar jangan sampai dilewatkan begitu saja,” katanya.
Baca Juga
Bhima menjelaskan, untuk mendorong realisasi investasi asing bukan sekadar menyiapkan lahan kawasan industri, tetapi juga perlu reformasi perizinan hingga standardisasi lingkungan, sosial, dan pemerintahan yang baik (Environmental, Social and Good Governance/ESG) yang lebih ketat.
Sekadar informasi, investasi yang berbasis ESG terkait erat dengan semua aktivitas operasional perusahaan. ESG ingin menegaskan pentingnya aspek keberlanjutan pada segala aktivitas bisnis perusahaan.
“Hingga hari ini, beberapa investor melakukan asesmen terhadap ESG lalu mundur karena banyak partner usaha di Indonesia belum siap dengan standardisasi lingkungan hidup atau bermasalah soal ketenagakerjaan,” kata Bhima.
Sementara itu, aksi Jokowi yang turut menekankan untuk memperkuat infrastruktur kesehatan dalam menghadapi Covid-19 menurutnya patut diacungi jempol karena investasi di bidang ini menurutnya potensial.
“Terkait dengan investasi disektor kesehatan sebenarnya cukup potensial. Per 2021 pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan mencapai US$34,7 miliar. Angka ini kan potensial bagi investor untuk terlibat,” katanya.
Namun, dia mengingatkan bahwa sektor kesehatan juga punya tantangan spesifik. Contohnya, soal industri farmasi obat-obatan terkendala bahan baku karena 90 persen impor, hingga pengajuan paten untuk penelitian obat-obatan didalam negeri yang harus menyita banyak waktu.
“Ini masih menjadi tantangan yang perlu segera dibenahi,” pungkas Bhima.