Bisnis.com, JAKARTA - Ribuan tentara Rusia yang didukung oleh pasukan artileri memulai serangan roket di Ukraina timur sehingga mendorong negara-negara Barat memberikan lebih banyak bantuan senjata dan uang kepada pemerintah Kyiv.
Pejabat ukraina mengatakan tentara mereka akan menahan serangan itu dengan menyebutnya sebagai Pertempuran Donbas, etapi Rusia merangsek maju di hampir seluruh bentangan front timur. Beberapa jam setelah serangan dimulai, Rusia berhasil merebut sebuah kota garis depan.
Di reruntuhan Mariupol, pelabuhan tenggara yang telah mengalami pengepungan selama hampir delapan minggu, Rusia memberi ultimatum kepada para pembela Ukraina terakhir yang bersembunyi di pabrik baja untuk menyerah pada siang hari atau mati. Namun batas waktu berlalu tanpa kabar tentang nasib mereka.
Juru runding Kyiv mengatakan sulit untuk memprediksi kapan pembicaraan damai akan dilanjutkan karena pengepungan Mariupol dan serangan baru di Donbas.
Dalam tanggapan cepat Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan para pemimpin Barat lainnya membahas peningkatan dukungan militer, ekonomi dan kemanusiaan untuk pemerintah Kyiv. Mereka juga membahas cara untuk meminta pertanggungjawaban Moskow, menurut Gedung Putih.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan Berlin akan memasok Ukraina dengan senjata anti-tank dan pertahanan udara serta senjata artileri jarak jauh.
Baca Juga
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson juga menjanjikan lebih banyak senjata artileri saat konflik memasuki fase baru.
Scholz mengatakan sekutu setuju Rusia tidak boleh memenangkan perang dan perdamaian yang dipaksakan seperti yang dibayangkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin tidak dapat diterima.
Pemerintah Italia mengatakan telah ada "konsensus luas tentang perlunya meningkatkan tekanan pada Kremlin, termasuk dengan mengadopsi sanksi lebih lanjut dan meningkatkan isolasi internasional Moskow.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan jeda kemanusiaan selama empat hari dalam pertempuran selama akhir pekan Paskah Ortodoks untuk memungkinkan warga sipil meninggalkan daerah konflik dan bantuan kemanusiaan bisa dikirimkan.
Ukraina mengatakan serangan baru itu telah mengakibatkan direbutnya Kreminna, sebuah pusat administrasi berpenduduk 18.000 orang di Luhansk, salah satu dari dua provinsi Donbas.
Pasukan Rusia menyerang "di semua sisi", sementara pihak berwenang berusaha mengevakuasi warga sipil dan belum bisa menghitung jumlah warga sipil yang tewas, kata Gubernur Luhansk Serhiy Gaidai.
Sementara itu, Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan kepada dalam pidato video semalam: "Tidak peduli berapa banyak tentara Rusia yang mereka kirim ke sana, kami akan berjuang. Kami akan membela diri."