Bisnis.com, JAKARTA - Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan gelombang Omicron masih belum selesai. Sebab, kata dia, saat ini terjadi banyak gelombang baru di beberapa negara akibat sub varian Omicron yang mampu menembus vaksinasi.
“Meskipun kita sudah melalui gelombang Omicron, tapi berdasarkan data studi di kawasan dunia bahwa Omicron belum selesai karena dia melahirkan sub varian-varian lain yang membuat gelombang itu bertahan lama dan meningkat lagi,” ujar Dicky, Rabu (13/4/2022).
Dicky memberi contoh mengenai kelahiran varian BA.2 yang memperburuk situasi berbagai negara seperti saat ini China, Hong Kong, Korea Selatan juga di beberapa wilayah Amerika dan Eropa. Menurutnya, hal itu mengartikan, meskipun ada tren pelandaian namun potensi muncul gelombang yang lebih parah dibanding varian sebelumnya tetap ada.
“Jika Delta kemampuan menginfeksi orang yang sudah divaksinasi jauh lebih kecil, lemah dibanding Omicron. Sub varian-variannya memiliiki kemampuan yang jauh berbeda dengan varian sebelumnya. Dia bisa menginfeksi orang yang tidak hanya belum divaksinasi tapi juga yang sudah divaksinasi khususnya yang belum dapat booster,” ungkap Dicky.
“Artinya ancaman BA.2 ini harus diskapi dengan serius karena dia bisa bersirkulasi di populasi yang memiliki imunitas. Makanya tidak boleh tidak bisa juga euporia termasuk menurunkan level kewaspadaan kita,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Dicky mengkhawatirkan level deteksi di Indonesia menurun. Padahal, kata dia, deteksi adalah kunci membaca situasi secara akurat.
Baca Juga
“Permasalah di kita ini khususnya menghadapi bulan puasa dan mudik Idul Fitri bahkan sebelum itu deteksi sudah menurun. Bahkan saya melihat bisa 50 persen penurunannya di beberapa wilayah. Itu artinya menurunkan level kewaspadaan kita, kemampuan kita membaca situasi. Itu berbahaya,” ujarnya.
Selain itu, Dicky menyebut cakupan khusunya dosis 2 apalagi 3 belum sesuai yang ditargetkan. Padahal, syarat minimal vaksinasi booster adalah 50 persen dari total populasi. Dengan begitu, menurutnya potensi gelombang kasus usai lebaran tetap besar.
“Potensi peningkatan kasus pasca lebaran tetap ada karena kita memiliki jumlah populasi, kurang lebih 20 persen dari total populasi yang belum memilki antibodi. Itu signifikan. Karena dibanding Singapura atau Kamboja itu besar. Ini tentu bisa menimbulkan dampak serius kepada yang rawan terhadap komorbid dan lansia terutama,” tuturnya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) lewat juru bicaranya Siti Nadia Tarmizi mengatakan kasus konfirmasi Covid-19 terjadi penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan minggu sebelumnya.
“Hal itu menunjukkan bahwa sistem ketahanan kesehatan Indonesia selama pandemi ini berjalan dengan baik,” kata Nadia, Rabu (13/4/2022).
Kasus konfirmasi dilaporkan sebanyak 2.930, ada peningkatan kalau dibandingkan dengan beberapa hari sebelumnya. Begitu pun dengan kasus kematian, telah terjadi penurunan dibanding minggu sebelumnya yaitu sebanyak 33 persem.
Sementara angka positifity rate setiap Minggu sudah pada 4,6 persen sementara angka positif harian dilaporkan 3 persen angka ini sudah di bawah daripada angka WHO yaitu 5 persen
Untuk tingkat perawatan Rumah Sakit kita lihat keterisian perawatan Rumah Sakit kita dan juga isolasi pada angka 6,67 persen sudah ada pada angka dibawah 10 persen daripada target keterisian perawatan rumah sakit.