Bisnis.com, JAKARTA - Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menyebut jumlah kasus gagal ginjal akut bukanlah kasus baru, tetapi sudah mencapai 13 juta kasus di dunia. Menurutnya dari data tersebut, negara berkembang menyumbang 85 persen kasus.
"Sebenarnya gagal ginjal akut ini suatu kasus yang ada terjadi dalam jumlah tertentu, level dunia kasusnya bisa 13 juta, kematiannya 1,7 juta dengan 85 persen mayoritas di negara berkembang," ungkap Dicky Budiman kepada Bisnis pada Sabtu (22/10/2022).
Lebih lanjut, Dicky menyebut permasalahan di Indonesia adalah surveilan yang lemah, sehingga data yang ditemukan juga terbatas, dalam periode normal.
Dicky menyebut epidemiologi memandang kejadian gagal ginjal akut dalam tiga hal:
Pertama, nosokomial, atau data pasien yang idap di rumah sakit.
Menurut Dicky, 1 dari 3 atau lima pasien yang dirawat di rumah sakit berpotensi alami gagal ginjal akut.
Baca Juga
Kedua, kondisi bawaan dari pasien, seperti penyakit yang memperparah dan meningkatkan kemungkinan terkena gagal ginjal.
"Kedua yang saya sebutkan ini itu terjadi dalam sehari hari, ada, namun angkanya dalam angka yang dalam ambang batas. Itu yang berkontribusi pada angka dunia yang 13 juta itu," tambah Dicky.
Ketiga, dari segi epidemiologi, ada yang didapat dari komunitas yang kemudian menjadi public health event.
"Public health event ini yang biasanya sejauh ini dari literatur disebabkan oleh keracunan obat, sejauh ini sirup, baik pada orang dewasa maupun anak," pungkas Dicky.
Kemenkes merilis jumlah kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) pada anak per Jumat (21/10/2022) sebanyak 241 kasus dengan angka kematian sebanyak 131 kasus.