Bisnis.com, JAKARTA – Ukraina meminta warga sipil di wilayah timur Luhansk untuk melarikan diri dari pasukan Rusia.
Ini dilakukan setelah para pejabat mengatakan bahwa lebih dari 50 warga sipil yang mencoba mengungsi dengan kereta api dari wilayah tetangga tewas dalam serangan rudal pada hari sebelumnya.
Sirene serangan udara terdengar di kota-kota di seluruh Ukraina timur yang telah menjadi fokus aksi militer Rusia dalam beberapa pekan terakhir menyusul penarikan dari daerah-daerah yang dekat dengan Kyiv.
“Mereka mengumpulkan pasukan untuk serangan,” kata Gubernur Luhansk Serhiy Gaidai dalam pidato yang disiarkan televisi dikutip dari situs channelnewsasia.com, Sabtu (9/4/2022).
Invasi Rusia yang dimulai pada 24 Februari telah memaksa lebih dari 4 juta orang melarikan diri ke luar negeri.
Seperempat populasi kehilangan tempat tinggal dan mengubah kota menjadi puing-puing akibatnya.
Baca Juga
Korban sipil telah memicu gelombang kecaman internasional, khususnya atas kematian di kota Bucha yang sampai pekan lalu diduduki oleh pasukan Rusia.
Sementara itu, Rusia membantah menargetkan warga sipil dalam apa yang disebutnya operasi khusus untuk demiliterisasi dan denazifikasi tetangga selatannya. Ukraina dan negara-negara Barat telah menolak ini sebagai dalih tak berdasar untuk perang.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyerukan reaksi global yang tegas terhadap serangan rudal yang terjadi kemarin di sebuah stasiun kereta api yang penuh dengan wanita, anak-anak dan orang tua di kota Kramatorsk di wilayah Donetsk, sebuah pusat bagi warga sipil yang melarikan diri ke timur.
Serangan itu meninggalkan sobekan pakaian berlumuran darah, mainan, dan barang bawaan yang rusak berserakan di peron stasiun.
Wali Kota Kota Oleksander Honcharenko menuturkan, diperkirakan 4.000 orang berkumpul di sana stasiun kereta api saat rudal menyerang fasilitas publik itu.
Pada Sabtu (9/4/2022), jumlah korban tewas telah meningkat menjadi sedikitnya 52 orang.