Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan militer swasta Rusia, Grup Wagner dilaporkan mengerahkan lebih dari 1.000 tentara bayaran ke Ukraina timur, menurut intelijen militer Inggris.
“Mereka diperkirakan akan mengerahkan lebih dari 1.000 tentara bayaran, termasuk para pemimpin senior perusahaan tersebut untuk melakukan operasi tempur,” kata Kementerian Pertahanan Inggris seperti dikutip CNN.com, Selasa (29/3/2022).
Pekan lalu, Pentagon memperingatkan bahwa kelompok Wagner ingin "meningkatkan jejak mereka di Ukraina".
Rusia sebelumnya dilaporkan mengirim kelompok kecil berstatus tentara bayaran yang berasal dari Wagner Group.
Dalam laporan The Times yang dikutip The Economist, terdapat 400 tentara bayaran Rusia yang dikabarkan punya misi membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Kehadiran Wagner Group bukanlah sebuah kejutan karena mereka sudah beberapa kali menjalin kedekatan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Baca Juga
Wagner Group dituding menjadi bagian dari upaya separatisme di Luhansk dan Donetsk agar berpisah dari Ukraina.
Mereka juga ditengarai terlibat pertempuran di beberapa negara Afrika seperti Libya, Suriah, Mozambique, Mali, Sudan, dan Republik Afrika Tengah.
Sementara itu, dalam perkembangan lain, Pentagon menyatakan sedang mengerahkan enam pesawat Angkatan Laut dengan kemampuan khusus dalam peperangan elektronik selain sekitar 240 personel Angkatan Laut untuk meningkatkan pertahanan NATO di Eropa Timur.
Juru Bicara Pentagon John Kirby mengatakan pesawat EA-18G “Growler”, yang berbasis di Pangkalan Udara Angkatan Laut Pulau Whidbey di negara bagian Washington, dijadwalkan tiba pada hari ini di pangkalan udara Spangdahlem di Jerman.
Mereka akan menempati pos di sana, namun tidak dimaksudkan untuk digunakan di Ukraina, katanya.
“Tujuan dari pengerahan ini adalah untuk meningkatkan kesiapan, meningkatkan postur pertahanan kolektif NATO dan lebih meningkatkan kemampuan integrasi udara dengan negara-negara sekutu dan mitra kami,” kata Kirby dalam sebuah pernyataan.
Menanggapi langkah NATO tersebut, Rusia mengatakan akan menggunakan senjata nuklir hanya dalam kasus ancaman eksistensial wilayahnya.
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa Rusia hanya akan menggunakan senjata nuklir dalam kasus "ancaman terhadap keberadaan" negara, bukan sebagai akibat dari konflik saat ini dengan Ukraina.
“Tetapi hasil operasi apa pun (di Ukraina), tentu saja bukan alasan penggunaan senjata nuklir,” kata Peskov.
“Kami memiliki konsep keamanan yang sangat jelas menyatakan bahwa hanya ketika ada ancaman bagi keberadaan negara, di negara kami, kami dapat menggunakan dan kami benar-benar akan menggunakan senjata nuklir untuk menghilangkan ancaman bagi keberadaan negara kami.