Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Rusia vs Ukraina: Ini 5 Skenario yang Mungkin Terjadi

Perang antara Rusia vs Ukraina hampir berlangsung selama satu bulan. Simak 5 skenario yang mungkin terjadi. Mulai dari perdamaian hingga rezim Vladimir Putin digulingkan.
Mayat seorang prajurit yang diklaim militer Ukraina sebagai prajurit tentara Rusia yang tewas dalam pertempuran, tergeletak di jalan di luar kota Kharkiv, Ukraina, Kamis (24/2/2022). REUTERS/Maksim Levin
Mayat seorang prajurit yang diklaim militer Ukraina sebagai prajurit tentara Rusia yang tewas dalam pertempuran, tergeletak di jalan di luar kota Kharkiv, Ukraina, Kamis (24/2/2022). REUTERS/Maksim Levin

Bisnis.com, JAKARTA – Perang Rusia vs Ukraina sudah memasuki minggu ke-4. Selama perang berlangsung, Presiden Rusia Vladimir Putin terus mendapatkan desakan dari negara-negara Barat. Lantas, skenario apa yang mungkin terjadi ke depan?

Serangan Rusia ke Ukraina tak hanya membuat ribuan nyawa orang tak bersalah melayang. Penduduk Rusia juga ikut merasakan tekanan akibat sanksi ekonomi yang diberikan oleh negara Barat.

Seiring berjalannya waktu, laporan mengenai pembicaraan antara petinggi Rusia dan Ukraina yang bertujuan untuk mencari solusi damai terus digaungkan.

Berikut 5 skenario yang mungkin terjadi terkait perang Rusia vs Ukraina seperti dilansir dari Aljazeera, Jumat (18/3/2022).

1. Keadaan Militer

Pasukan Ukraina masih melawan invasi Rusia dengan menggunakan peralatan yang seadanya dan juga kerugian dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM). Hal terpenting bagi Ukraina adalah menggagalkan upaya pasukan Rusia yang ingin merebut ibu kota Kyiv .

Meskipun Rusia mengklaim memiliki dominasi terhadap serangan udara akan tetapi pertahanan udara Ukraina nampaknya masih befungsi yang sementara ini negara-negara barat membanu dengan pasokan rudal anti-tank dan anti-pesawat portabel.

Dosen senior jurusan kemampuan dan strategi militer di Universitas Portsmouth Frank Ledwidge mengatakan apa yang terjadi saat ini bahwa serangan Rusia, dalam istilah militer, telah mencapai puncaknya.

“Apa yang kita lihat sekarang adalah apa yang disebut jeda operasional. Ini terjadi karena asumsi perencanaan yang sangat buruk di bagian awal serangan,” ujarnya seperti dikutip dari Aljazeera, Jumat (17/3/2022).

The New York Times melaporkan bahwa Intelijen Amerika Serikat (AS) memperkirakan bahwa 7.000 tentara Rusia telah tewas, meskipun para ahli mengatakan bahwa semua klaim tersebut harus diperlakukan dengan hati-hati.

Presiden AS Joe Biden juga mengumumkan paket besar bantuan militer baru untuk Ukraina pada hari Rabu, termasuk 100 drone Switchblade “kamikaze” dan ribuan rudal lainnya.


2. Perjanjian damai disepakati

Negosiator dari kedua belah pihak mulai berbicara hanya beberapa hari setelah perang dimulai. Negosiasi pertama dilakukan di perbatasan Belarusia-Ukraina, kemudian dilanjutkan di Turki, dan terakhir Kyiv.

Dengan meningkatnya kerugian medan perang dan sanksi Barat yang melumpuhkan ekonomi Rusia, tentu dapat mendorong Putin untuk mengakhiri perang.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa pada hari Rabu kedua belah pihak "hampir menyetujui" kesepakatan yang akan membuat Ukraina menerima netralitas yang seperti status negara Swedia dan Austria.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah secara terbuka mengakui bahwa negaranya tidak akan bergabung dengan aliansi militer NATO Barat.

Hal ini merupakan sebuah kunci tuntutan utama dari Kremlin. Meskipun peluang kesepakatan telah tumbuh secara signifikan dalam beberapa hari terakhir, tidak ada tanda-tanda gencatan senjata dan Ukraina menginginkan penarikan penuh Rusia dan juga jaminan keamanan tentang masa depan Ukraina.

3. Rezim Putin digulingkan

Vladimir Putin memperkuat kedudukannya di mata masyarakat Rusia. Beberapa tindakan seperti melakukan tindakan keras terhadap media independen dan penyedia berita asing, hal ini membuat kekuatan akan dominasi media pemerintah Rusia.

Ribuan demonstran anti-perang telah ditangkap, sementara undang-undang baru mengancam hingga 15 tahun penjara karena menyebarkan “berita palsu” tentang serangan Rusia ke Ukraina.

Lalu, ada tanda-tanda keretakan di elit penguasa, dengan beberapa oligarki, anggota parlemen, dan bahkan kelompok minyak swasta Lukoil secara terbuka menyerukan gencatan senjata atau diakhirinya pertempuran.

Seruan anti perang juga terlihat pada masyarakat Rusia, dilihat ada seorang editor Rusia mengacungkan papan bertuliskan “No War” selama siaran berita prime-time di TV pemerintah minggu ini.

Meskipun tidak terlihat mungkin pada tahap ini, tapi kemungkinan Putin dijatuhkan dalam reaksi populer atau bahkan kudeta istana memungkinkan terjadi.

“Keamanan pribadinya sangat baik dan akan sangat baik. namun saat ini tidak, hal ini terjadi berkali-kali dalam sejarah Soviet dan Rusia ” kata Eliot A Cohen dari Center for Strategic and International Studies, sebuah think-tank yang berbasis di Washington.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Aljazeera
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper