Bisnis.com, JAKARTA – Rusia resmi melancarkan operasi militer ke Ukraini pada Kamis (24/2/22). Operasi militer ini dilakukan karena adanya permintaan tolong dari para pemberontak Ukraina Timur untuk mengusir agresi tentara Ukraina.
Dilansir dari The Moscow Times pada Kamis (24/2/22), Juru bicara Putin Dmitry Peskov mengatakan republik separatis "meminta bantuan presiden Rusia dalam memukul mundur agresi angkatan bersenjata di Ukraina," Pernyataan itu dibawa oleh kantor berita negara Rusia.
Peskov mengatakan Putin telah menerima surat dari kepala republik Donetsk dan Lugansk, yang dia akui sebagai negara independen minggu ini.
"Tindakan rezim Kyiv membuktikan keengganan untuk mengakhiri perang di Donbas," kata Peskov mengutip surat itu.
Dia mengatakan para kepala republik telah meminta bantuan Putin "berdasarkan" perjanjian persahabatan yang mereka tandatangani dengan Moskow minggu ini. Perjanjian persahabatan yang ditandatangani Putin dengan para pemberontak membuka pintu bagi kehadiran tentara Rusia di wilayah mereka.
Perselisihan Ukraina dan Rusia sudah terjadi sejak 2014 lalu, saat Rusia menginvasi Ukraina dan membuat hubungan erat keduanya menjadi rusak. Rusia menyerang Ukraina ketika presidennya yang pro-Rusia digulingkan pada awal 2014. Perang di timur sejak itu telah merenggut lebih dari 14.000 nyawa.
Baca Juga
Ukraina merupakan bekas republik Soviet, Ukraina memiliki ikatan sosial dan budaya yang mendalam dengan Rusia, dan bahasa Rusia digunakan secara luas di sana.
Sebelumnya, pada hari ini rentetan ledakan dilaporkan terdengar di Kiev, ibu Kota Ukraina dan beberapa kota di dekat garis depan Ukraina timur dan di sepanjang pantai negara itu, beberapa saat setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer.
Dilansir dari kantor berita AFP, Kamis (24/2/2022), koresponden AFP juga mendengar ledakan di kota pelabuhan Odessa, Laut Hitam, dekat dengan garis depan daerah kantong pemberontak yang didukung Rusia, dan tepat di seberang laut Krimea yang dicaplok Rusia.