Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Geert Wilders, Islamophobia dan Kritik Permintaan Maaf Belanda

Geert Wilders adalah sosok kontroversial. Dia dikenal anti-Islam (Islamophobia) dan menjadi tokoh yang menentang keputusan Belanda meminta maaf kepada Indonesia.
Geert Wilders/Reuters
Geert Wilders/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Belanda meminta maaf kepada Indonesia atas kekerasan militer Belanda pada masa Perang Kemerdekaan 1945-1949.

Namun demikian, anggota parlemen Belanda Geert Wilders mengkritisi permintaan maaf pemerintah Belanda.

Wilders, yang kerap mengundang krontroversi tersebut, menganggap bahwa permintaan maaf tersebut tidak pantas karena pihak Belanda juga banyak dirugikan selama perang kemerdekaan Indonesia.

"Dimana permintaan maaf dari pihak Indonesia atas kekerasan mereka terhadap Belanda dan bersiap?," demikian dikutip dari akun twitter @geertwilderspvv, Sabtu (19/2/2022).

Politisi sayap kanan tersebut menambahkan bahwa menghukum tentara Belanda sama saja memalsukan sejarah. Sebab, dalam sejarah Belanda, para veteran itulah yang telah berjibaku menghadapi pejuang Indonesia di medan perang.

"Mereka adalah pahlawan. Kita harus berdiri di belakang veteran kita. Permintaan maaf tidak pantas," imbuhnya.

Pernyataan kontroversial Geert Wilders tersebut sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Wilders, yang dikenal Islamophobia, memang kerap melontarkan kata-kata kontroversial dan sering kali berbau rasisme. Lantas, siapa sebenarnya sosok Geert Wilders?

Lawan Mark Rutte

Geert Wilders adalah salah satu politikus sayap kanan Belanda. Dia dikenal anti-Islam, anti-Imigran, dan beberapa kali mengundang kontroversi. Wilders pernah mencoba peruntungan maju dalam pemilihan perdana menteri Belanda.

Namun, dewi fortuna belum berada di pihaknya. Dia kalah melawah rivalnya, Mark Rutte. 

Berdasarkan data kantor berita ANP, Partai untuk Kebebasan dan Demokrasi (VVD) Rutte memenangkan 33 kursi dari 150 kursi parlemen. Jumlah tersebut merosot jika dibandingkan dengan Pemilu di 2012 saat Partai Rutte memperoleh 41 kursi.

Partai untuk Kebebasan, Partai sayap kanan yang diketuai Geert Wilders memperoleh 20 kursi, disusul Partai Kristen Demokratis (CDA) dan Partai Demokrat 66 masing-masing mendapat 19 kursi.

Pemilu Belanda diikuti 78% pemilih dan merupan  yang tertinggi selama satu dekade ini. Pemilu kali ini juga merupakan batu ujian apakah Belanda ingin mengakhiri dekade liberalisme dan memilih seorang nasionalis, jalur anti-imigran dengan memilih Wilders dan janjinya untuk de-Islamicise Belanda serta keluar dari Uni Eropa.

Namun hasilnya cukup melegakan untuk pihak utama di seluruh Eropa terutama di Prancis dan Jerman. Kubu nasionalis sayap kanan berharap membuat dampak besar dalam pemilu tahun ini yang berpotensi sebagai ancaman eksistensial terhadap Uni Eropa.

Mark Rutte kembali terpilih sebagai Perdana Menteri Belanda mengalahkan Geert Wilders dalam Pemilu Rabu (15/3) waktu setempat.

Islamophobia

Geert Wilders juga dikenal karena kebenciannya terhadap Islam. Geert bahkan sempat nekat menayangkan kartun Nabi Muhammad di televisi nasional seraya mengklaim "kebebasan berbicara harus selalu menang terhadap kekerasan." Tindakan yang memperkuat label dirinya sebagai politikus anti-Islam.

Sekitar 10 kartun Nabi ditayangkan televisi nasional Belanda, NOS, dalam slot dua menit untuk partai politik, sebelum berita pukul 6 sore (Rabu 22.00 WIB tadi).

Wilders berkilah tengah membela kebebasan berbicara setelah dua militan melancarkan serangan ke kontes kartun Navi di Texas bulan lalu, sebelum ditembak mati oleh polisi.

"Kebebasan berbicara harus selalu menang terhadap kekerasan dan teror," kata dia melalui siaran itu.

NOS diharuskan oleh Otoritas Media Belanda untuk memberikan slot tayang kepada semua parpol, termasuk Partai Kebebasan (PVV) pimpinan Wilder, untuk pernyataan politik.  Otoritas ini hanya akan mempelajari konten tayangan jika sudah ditayangkan.

Jika hakim ternyata memutuskan konten itu membuat kejahatan karena kebencian maka pihak berwenang akan mencabut hak slot tayang sebuah partai politik selama empat tahun.

Pemimpin Redaksi NOS Marcel Gelauff sudah mencuit akhir pekan lalu bahwa stasiun penyiarannya "tak ada kaitannya dengan siaran partai politik. Kami menayangkan berita, olah raga dan peristiwa."

"Wilders tengah berusaha memprovokasi kami dan kami mengabaikan dia," kata Aissa Zanzen, juru bicara Dewan Masjib Maroko di Belanda kepada AFP.

Halaman Selanjutnya
Belanda Minta Maaf

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper