Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apa Kabar Vaksin Merah Putih? Ini Penjelasan LBM Eijkman

Plt. Kepala PRBM Eijkman Wien Kusharyoto menjelaskan progres vaksin Merah Putih. Kapan masuk uji pra-klinik?
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/8/2020). Vaksin COVID-19 buatan Indonesia yang diberi nama vaksin Merah Putih tersebut ditargetkan selesai pada pertengahan tahun 2021. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Rabu (12/8/2020). Vaksin COVID-19 buatan Indonesia yang diberi nama vaksin Merah Putih tersebut ditargetkan selesai pada pertengahan tahun 2021. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyampaikan perkembangan vaksin Merah Putih yang saat ini sudah dalam tahap hilirisasi di mitra industri, yakni PT Bio Farma. Diharapkan dalam waktu dekat vaksin tersebut dapat dilakukan uji pra-klinik dan klinik.

"Riset Vaksin Merah Putih masih berjalan, yang berbasis sel ragi atau yeast dalam proses pengembangan lebih lanjut. Tingkat produksinya juga sudah sesuai dengan taraf yang diisyaratkan pihak industri, dalam hal ini PT. Bio Farma," kata Pelaksana tugas Kepala PRBM Eijkman Wien Kusharyoto dalam webinar Talk to Scientists, Rabu (26/1/2022).

Dia berharap vaksin Covid-19 karya anak bangsa ini bisa berkontribusi dalam penangulangan pandemi dan menjadi wahana untuk kemandirian bangsa dalam riset vaksin di Indonesia. 

Sementara itu, Plt. Kepala Organisasi Riset IPH BRIN Iman Hidayat mengungkap ada beberapa kendala dalam pengembangan vaksin secara mandiri, diantaranya peneliti Indonesia dinilai tidak berpengalaman mengembangkan vaksin baru.

"Memang peneliti kita tidak memiliki pengalaman mendevelop vaksin dari nol, jadi vaksin polio dan sebagainya yang diproduksi Bio Farma itu kita beli lisensinya, tidak develop dari nol," kata Iman dalam diskusi Riset Vaksin Covid-19 BRIN, Rabu (26/1/2022).

Selain minim pengalaman, pengembangan vaksin di Indonesia juga tidak bersinergi dengan industri vaksin sehingga sulit untuk berkembang.

Kendala berikutnya, kata dia, terkait kolaborasi dengan industri. Menurutnya, hal itu masih menjadi titik lemah karena industri pun di Indonesia tidak banyak yang memiliki fasilitas pengembangan vaksin, dan terakhir adalah infrastruktur. 

Iman mengklaim, dengan keberadaan BRIN diharapkan bisa membantu enam lembaga penelitian yang saat ini tengah melakukan pengembangan Vaksin Merah Putih.

"Jadi 3 bottleneck ini cukup kronis di Indonesia, dan itu dialami saat ini, sehingga memang diperlukan tindakan-tindakan, salah satunya adalah BRIN membangun beberapa fasilitas untuk memfasilitasi riset-riset Covid-19," imbuhnya. 

Dia berharap pengembangan Vaksin Merah Putih yang dilakukan oleh enam lembaga bisa menjadi pelajaran pertama pengembangan vaksin di dalam negeri.

Diketahui, Vaksin Merah Putih tengah dikembangkan oleh enam lembaga penelitian yang tergabung dalam konsorsium vaksin nasional yang dibentuk pada 9 September 2020. Keenam lembaga tersebut antara lain Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Institute Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Airlangga.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper