Bisnis.com, JAKARTA - Akun media sosial @sociotalker mengomentari kunjungan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan ke Beijing Genome Institute (BGI) Shanzen.
Dalam sebuah video yang diunggah pada Selasa (30/5/2023), Luhut terdengar memuji lembaga riset yang dimiliki oleh China itu
Di depan 20 mahasiswa Indonesia yang hadir dalam kesempatan tersebut, Menko Marves bahkan menyoroti besarnya dana penelitian yang dikeluarkan oleh Pemerintah China.
Hal itu dinilai Luhut sebagai salah satu alasan keberhasilan kegiatan riset di negeri tirai bambu.
Mendengar komentar tersebut, akun media sosial @sociotalker lantas menyinggung soal keberadaan lembaga riset di Indonesia.
Indonesia, ujarnya, justru telah terlebih dahulu mendirikan lembaga serupa pada era pemerintahan Presiden B.J. Habibie.
“Lembaga itu berkembang pesat tapi lalu dibubarin oleh pemerintahan Jokowi. Namanya Eijkman Institute,” tulisnya dikutip Selasa (30/5/2023).
Lantas, apa itu lembaga Eijkman?
Lembaga Eijkman merupakan lembaga pemerintah yang bergerak di bidang biologi molekuler dan bioteknologi kedokteran.
Eijkman bekerja di bawah naungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI, yang kini telah berubah nama menjadi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Lembaga yang didirikan oleh Pemerintah Belanda pada 1888 itu resmi dilebur ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sejak 1 September 2021.
Saat pertama kali didirikan, lembaga riset ini bernama Central Geneeskundig Laboratorium atau Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat di area Rumah Sakit Militer Hindia Beland, yang saat ini dikenal sebagai RS Gatot Subroto di Jakarta Pusat.
Penamaan itu diambil dari nama dokter sekaligus peneliti asal Belanda, Christiaan Eijkman yang menjadi penerima penghargaan Nobel di bidang kedokteran pada 1929 silam.
Penghargaan itu diraih Eijkman usai dirinya berhasil menemukan konsep vitamin saat meneliti kasus penyakit beri-beri di Batavia.
Namun demikian, lembaga riset ini harus digabungkan dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada sekitar tahun 1960-an akibat pergolakan politik dan ekonomi yang terjadi di Indonesia.
Eijkman mulai memperbaiki nasibnya pada Desember 1990. Lembaga ini pun kemudian resmi dihidupkan kembali oleh mantan Presiden RI ke-3 B.J. Habibie yang kala itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi pada Juli 1992.
Adapun laboratorium-laboratorium milik Eijkman mulai beroperasi pada April 1993.