Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Tetapkan Nama Ibu Kota Baru. Ini Sejarah Dibalik Nama 'Nusantara'

Presiden Joko Widodo menyampaikan kepada Kepala Bappenas bahwa nama ibu kota baru, Nusantara.
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (8/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (8/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa membocorkan bahwa Ibu Kota Negara (IKN) baru akan diberi nama, Nusantara.

Suharso mengaku baru mendapatkan konfirmasi dan dan perintah langsung dari Presiden Joko Widodo terkait dengan nama tersebut, yaitu pada hari Jumat (14/1/2022).

"Alasannya adalah Nusantara sudah dikenal sejak dulu, dan ikonik di internasional, mudah dan menggambarkan kenusantaraan kita semua," ujarnya di dalam Rapat Pansus IKN, Senin (17/1/2022).

Adapun, Nusantara sendiri diambil dari bahasa Jawa kuno. Dikutip dari Wikipedia, Nusantara terdiri dari dua kata yaitu Nusa yang artinya pulau dan antara yang artinya luar.

Kata Nusantara pun muncul pertama kali dalam kitab Negarakertagama di zaman Majapahit. Dalam era Majapahit, Nusantara menggambarkan sistem kenegaraan yang dianut oleh kerajaan yang berpusat di pulau Jawa tersebut.

Di dalam Kitab Negarakertagama mencantumkan wilayah-wilayah 'Nusantara', yang pada masa sekarang dapat dikatakan mencakup sebagian besar wilayah modern Indonesia (Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya, sebagian Kepulauan Maluku, dan Papua Barat) ditambah wilayah Malaysia, Singapura, Brunei dan sebagian kecil Filipina bagian selatan.

Adapun, kata Nusantara juga muncul dalam Sumpah Palapa yang diucap oleh Gajah Mada: "Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukita palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa."

Kemudian, pada tahun 1920-an, Ki Hajar Dewantara mengusulkan penggunaan kembali istilah 'Nusantara' untuk menyebut wilayah Hindia Belanda. Kata Nusantara digunakan sebagai salah satu alternatif karena tidak memiliki unsur bahasa asing.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper