Bisnis.com, JAKARTA--Para pemimpin aliansi bekas negara Uni Soviet yang dipimpin Moskow setuju untuk mengirim “pasukan penjaga perdamaian” ke Kazakhstan untuk membantu presiden negara itu mendapatkan kembali kendali kekuasaan setelah aksi demo berlanjut di seluruh negeri akibat kenaikan harga bahan bakar.
Perdana Menteri Amenia, Nikol Pashinyan mengatakan pagi ini bahwa Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang merupakan aliansi militer Rusia, Belarus, Armenia, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan, akan mengirimkan pasukan untuk “menstabilkan” negara Asia Tengah tersebut.
Pengumuman itu muncul setelah Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayeva meminta bantuan kepada blok tersebut. Dia menggambarkan pengunjuk rasa sebagai "teroris" dan menuduh negara itu telah menjadi korban "serangan" oleh geng-geng terlatih asing. Akibatnya delaapan orang tewas dan 317 lika-luka.
Para demonstran mengambil alih gedung-gedung pemerintah dan menyerbu bandara di Almaty, ibu kota komersial negara itu sekaligus kota terbesar.
“Almaty diserang, dihancurkan, dirusak, penduduk Almaty menjadi korban serangan teroris, bandit, oleh karena itu adalah tugas kita … untuk mengambil semua tindakan yang mungkin untuk melindungi negara kita,” kata Tokayev dalam pidato televisi keduanya seperti dikutip TheGuardian, Kamis (6/1).
Polisi yang kini dikuasai oleh pengunjuk rasa akan menimbulkan kekhawatiran karena tidak kuat menghadapi kerusuhan politik. Sedangkan Kazakhstan adalah bagian dari persatuan ekonomi dengan Rusia dan kedua negara berbagi perbatasan yang panjang.
Akan tetapi belum ada tanggapan langsung dari pihak Kremlin, meskipun anggota parlemen Leonid Kalashnikov mengatakan kepada Interfax: "Jika presiden Tokayev membuat permintaan, kami akan berkewajiban untuk bereaksi".
Sebelumnya Dmitry Peskov, juru bicara Putin, mengatakan penting untuk diperhatikan bahwa tidak boleh ada negara asing yang ikut campur di Kazakhstan.
Pada Rabu malam, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan menulis di Facebook bahwa setelah berbicara dengan Tokayev, dia melakukan konsultasi dengan para pemimpin negara-negara CSTO.
Ada laporan lebih lanjut tentang bentrokan dan penembakan dengan kekerasan di Almaty dan kota-kota lain, serta video yang belum diverifikasi yang menunjukkan adanya korban di antara para pengunjuk rasa.
Media lokal, Kazakh, mengutip Kementerian Dalam Negeri yang mengatakan 317 polisi dan prajurit penjaga nasional terluka dan delapan orang tewas "oleh tangan massa yang mengamuk".
Pada hari sebelumnya, kantor walikota Almaty dibakar. Asap dan api terlihat dari beberapa lantai gedung megah itu. Banyak penerbangan dialihkan atau dibatalkan setelah penyerbuan bandara, menurut Kazakh. Akan tetapi disebutkan bahwa pihak berwenang menguasai bandara kembali setelah terjadi baku tembak.