Bisnis.com, JAKARTA – Hilangnya patung Presiden ke-2 RI Soeharto, Letjen TNI Sarwo Edhie, dan Jenderal AH Nasution di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad menuai sorotan publik.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan bahwa tidak bisa benda museum seenaknya diangkut atas permintaan seseorang.
“Apalagi menyangkut tonggak sejarah penting bangsa kita. Ini kesalahan yang fatal,” kata Fadli melalui Twitter, Selasa (28/9/2021).
Seperti diketahui, kabar mengenai penghilangan patung sejumlah tokoh penumpasan G30S/PKI itu disampaikan oleh Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
Gatot menyebut patung Jenderal Soeharto, Letnan Jenderal TNI Sarwo Edhie, dan Jenderal AH Nasution ‘menghilang’ dari Markas Kostrad tepatnya di Museum Darma Bhakti Kostrad.
Tidak bisa benda museum seenaknya diangkut atas permintaan seseorang. Apalagi menyangkut tonggak sejarah penting bangsa kita. Ini kesalahan yg fatal. https://t.co/SgWTPoDuzp
— FADLI ZON (Youtube: Fadli Zon Official) (@fadlizon) September 27, 2021
Dalam sebuah video yang ditampilkan Gatot, tampak sebuah ruangan yang menggambarkan ruang kerja Soeharto bersama dua tokoh lainnya saat merancang penumpasan PKI.
“Di ruangan tadi merupakan kantor Pak Harto, dulu di situlah direncanakan bagaimana mengatasi pemberontakan G30S/PKI. Pak Harto sedang memberikan petunjuk kepada Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Para Komando,” kata Gatot, dikutip dari YouTube Kang Jana Tea, Minggu (26/9/2021).
Hal tersebut, sambungnya, merupakan bukti bahwa pemerintah harus mengakui adanya upaya pemberantasan PKI. Menurutnya, pembongkaran ketiga patung tersebut menjadi indikasi upaya penghapusan sejarah pemberantasan gerakan PKI.
“Peran Kostrad, peran sosok Soeharto dan peran Kopassus berserta resimen para Komando dengan Sarwo Edhi, peran Jenderal Nasution, peran KKO jelas akan dihapuskan dan patung itu tidak ada,” ujarnya.
Gatot menduga ada penyusup atau pengkhianat di tubuh TNI yang berupaya melakukan upaya tersebut. Dia pun mengajak seluruh insan TNI untuk tetap teguh pada jiwa patriotisme untuk bersama-sama membersihkan TNI dari pengkhianat bangsa dan negara.
Sementara itu, Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) menyampaikan klarifikasi terkait hilangnya sejumlah patung tokoh negara yang dipajang di Museum Darma Bhakti Kostrad.
Kepala Penerangan Kostrad Kolonel Inf Haryantana menyatakan Kostrad tidak pernah membongkar atau menghilangkan patung sejarah Peristiwa G30S Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad.
“Tapi, pembongkaran patung-patung tersebut murni permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide dan untuk ketenangan lahir dan batin,” kata Haryantana dalam siaran persnya, di Jakarta, Senin (27/9/2021).
Haryantana mengatakan hal itu untuk mengklarifikasi adanya pemberitaan dalam diskusi bertajuk "TNI Vs PKI" yang digelar Minggu (26/9) malam.
Dia menyatakan, Kostrad tidak mempunyai ide untuk membongkar patung Presiden Kedua RI Soeharto, Letjen TNI Sarwo Edhie, dan Jenderal AH Nasution yang ada dalam ruang kerja Soeharto di Museum Dharma Bhakti, di Markas Kostrad.
Dia menyebut ada permintaan sebelumnya dari Letnan Jenderal TNI Azmyn Yusri Nasution selaku pembuat patung-patung itu. Azmyn, menurut Haryantana, meminta langsung kepada Pangkostrad Letjen TNI Dudung untuk dapat menyerahkan patung-patung tersebut kepadanya.
“Patung itu yang membuat Letjen TNI (Purn) AY (Azmyn Yusri) Nasution saat beliau menjabat Pangkostrad, kemudian pada tanggal 30 Agustus 2021 Pak AY (Azmyn Yusri) Nasution meminta kepada Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurrahman untuk diserahkan kembali pada Letjen TNI Purn AY (Azmyn Yusri) Nasution,” jelasnya.