Bisnis.com, JAKARTA - Kejaksan Federal Haiti akan memanggil Perdana Menteri Ariel Henry untuk pengusutan kasus pembunuhan Presiden Jovenel Moise karena pejabat tinggi itu melalukan komunikasi dengan tersangka utama pada malam Moise terbunuh.
Jaksa Federal Haiti, Bed-Ford Claude kemarin meminta hakim yang menyelidiki pembunuhan itu untuk mendakwa Henry. Dia telah melakukan panggilan telepon dengan tersangka utama.
Claude juga meminta agar Henry dilarang meninggalkan Haiti, karena beratnya fakta yang terungkap.
"Ada cukup elemen kompromi ... untuk menuntut Henry dan menjadikannya terdakwa," tulis Claude dalam perintah tersebut sebagaimana dikutip Aljazeera.com, Rabu (15/9/2021).
Tidak ada komentar langsung dari perdana menteri yang secara resmi diangkat menggantikan jabatan tertinggi itu kurang dari dua minggu setelah pembunuhan.
Moise terbunuh dalam serangan oleh orang-orang bersenjata di kediaman pribadinya di Ibu Kota Haiti Port-au-Prince
Pembunuhan itu menjerumuskan Haiti, negara yang sudah berjuang dengan ketidakstabilan politik yang meluas dan kekerasan geng yang meningkat ke dalam krisis yang lebih dalam. Hal itu memicu ketakutan di antara penduduk bahwa kekerasan akan bertambah buruk.
Perintah kejaksaan itu keluar beberapa hari setelah Claude "mengundang" Henry untuk bertemu untuk menjelaskan mengapa dia berbicara dengan salah satu tersangka utama dalam pembunuhan Moise.
Perdana menteri itu sehari kemudian mengatakan pengusutan atas dirinya sebagai taktik pengalihan yang bertujuan menabur kebingungan dan mencegah keadilan ditegakkan.
“Para pelaku yang sebenarnya, dalang, dan sponsor pembunuhan keji atas Presiden Jovenel Moise, akan diidentifikasi, dibawa ke pengadilan dan dihukum atas kejahatan mereka,” kata Henry di Twitter pada 11 September 2021.
Pada Senin (13/9/2021), Kantor Perlindungan Warga Haiti, sebuah badan semacam ombudsman, menuntut Henry mundur dan mendesaknya untuk muncul di kantor kejaksaan sebagaimana diminta untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya.