Bisnis.com, JAKARTA – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengklaim bahwa tidak ada kerentanan data dari sistem eHac.
Sebelumnya, data pengguna di aplikasi Electronic Health Alert (e-HAC) buatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) diduga bocor. Namun, Kemenkes dan BSSN mengklaim bahwa 1,3 juta data masyarakat yang ada di sistem e-HAC tidak mengalami kebocoran.
Mulanya, perusahaan keamanan siber, vpnMentor menemukan pelanggaran data yang melibatkan aplikasi e-HAC milik Kemenkes untuk mencegah dan mengendalikan persebaran Covid-19, terutama dari luar negeri.
“Sebanyak 1,3 juta data itu tidak bocor, tetapi proof of concept yaitu vpnMentor mengidentifikasi adanya celah keamanan dan ini sudah kami verifikasi dan tengah diperbaiki dan ditutup agar tidak mengalami kerentanan data,” kata Direktur Proteksi Ekonomi Digital BSSN, Anton Setiawan, dalam konferensi pers virtual, Rabu (1/9/2021).
Lantas, Kemenkes kemudian buka suara terkait dengan dugaan bocornya 1,3 juta data pengguna aplikasi e-HAC.
"Kebocoran data terjadi di aplikasi e-HAC yang lama, yang sudah tidak digunakan lagi sejak 2 Juli 2021, sesuai dengan surat edaran Kemenkes tentang digitalisasi bagi pengguna transportasi yang terintegrasi di PeduliLindungi," ujar Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes, Anas Ma'ruf.
Anas meminta masyarakat menghapus aplikasi e-HAC versi lama seiring dengan temuan kebocoran data. Dia mengatakan e-HAC yang lama sudah dinonaktifkan sebagai langkah mitigasi.
"Pemerintah juga meminta masyarakat untuk menghapus, menghilangkan atau uninstall aplikasi eHAC yang lama, yang terpisah," katanya.