Bisnis.com, JAKARTA – Pada awal Juli 2021, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberi tahu rakyat Amerika tentang penarikan pasukan AS dari Afghanistan setelah pendudukan 20 tahun.
Mengutip Time pada Selasa (17/8/2021), Joe Biden saat penarikan pasukan AS itu menyatakan evakuasi akan aman dan tertib dengan sedikit kemungkinan pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban. "Kemungkinan akan ada Taliban yang menguasai segalanya dan memiliki seluruh negara sangat tidak mungkin," kata dia.
Lebih dari sebulan kemudian, Biden terbukti salah dalam semua hal.
Taliban mengambil alih Afghanistan pada Minggu (15/8/2021), memasuki ibu kota Kabul tanpa perlawanan setelah serangan selama dua minggu di mana beberapa ibu kota provinsi jatuh ke tangan pemberontak.
Presiden Ashraf Ghani meninggalkan negara itu pada Minggu, meninggalkan istananya yang seperti benteng kepada para militan bersorban hitam yang berkeliaran dengan bebas di kantornya pada akhir hari itu.
Diplomat AS, sementara itu, bergegas menghancurkan dokumen dan peralatan sensitif di kedutaan AS yang luas. Bendera Amerika gedung itu diturunkan dan diterbangkan dengan helikopter ke bandara Kabul, tempat personel AS berkumpul untuk menyelamatkan diri.
Baca Juga
Kabul adalah kota besar terakhir di Afghanistan yang jatuh ke serangan Taliban yang dimulai beberapa bulan lalu tetapi dipercepat dalam beberapa hari terakhir ketika mereka menguasai wilayah. Hal ini mengejutkan banyak pengamat internasional.
Saat dikritik keras soal penarikan pasukan AS, Joe Biden mengatakan dia berdiri "tepat" di belakang keluarnya AS dari Afghanistan.
“Berapa banyak lagi nyawa orang Amerika yang berharga?" kata Biden, mengutip BBC, Selasa (17/8/2021).
Biden kembali pada hari Senin ke Gedung Putih dari retret kepresidenan Camp David untuk membuat pernyataan publik pertamanya tentang Afghanistan dalam hampir seminggu.
“Jika ada, perkembangan minggu lalu memperkuat bahwa mengakhiri keterlibatan militer AS di Afghanistan sekarang adalah keputusan yang tepat," kata Biden.
“Pasukan Amerika tidak bisa dan tidak seharusnya berperang dalam perang dan mati dalam perang yang pasukan Afghanistan tidak mau berperang untuk diri mereka sendiri,” tambahnya.
Biden menghadapi reaksi politik yang intens atas gejolak di Kabul menyusul keputusannya pada April untuk memerintahkan semua pasukan Amerika keluar dari Afghanistan pada 11 September - peringatan 20 tahun serangan teror yang memicu invasi AS.
Pada Senin (16/8/2021), dia mengatakan misi AS di Afghanistan tidak pernah seharusnya tentang pembangunan bangsa.
Biden mengatakan bahwa ketika menjadi wakil presiden dia telah menentang pengerahan ribuan tentara lagi tahun 2009 ke negara itu oleh mantan Presiden Barack Obama.
Biden juga mencatat bahwa dia mewarisi kesepakatan yang dinegosiasikan dengan Taliban di bawah mantan Presiden Donald Trump agar AS menarik diri dari Afghanistan pada Mei tahun ini.
Biden mengatakan dia sekarang presiden AS keempat yang memimpin perang terpanjang Amerika.
"Saya tidak akan menyerahkan tanggung jawab ini kepada presiden kelima," kata Biden yang seorang Demokrat.
"Saya tidak akan menyesatkan rakyat Amerika dengan mengklaim bahwa sedikit lebih banyak waktu di Afghanistan akan membuat semua perbedaan," ujarnya.