Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai jatuhnya kekuasaan pemerintahan Afghanistan dapat memicu kekuatan dari negara Asia Timur seperti China untuk menancapkan pengaruhnya.
Hal tersebut disebutkan dalam wawancara secara virtual pada Senin (16/8/2021) saat ditanya soal masa depan Afghanistan setelah dikuasai Taliban.
"Pada dasarnya mereka negara kaya. Namun, siapa yang mengelola itu, tentu bukan AS, bukan negara barat. Jadi justru dikhawatirkan China akan masuk karena butuh sumber daya alam dan ingin pengaruh di sana, karena pasti sulit mencari alternatif lain, mungkin Jepang akan masuk," ujarnya.
Menurutnya, dengan jumlah penduduk sebesar 38 juta, Afghanistan merupakan pasar potensial untuk hubungan ekonomi, termasuk bagi Indonesia. Hal ini juga didukung dengan perubahan pola pikir yang sudah tidak lagi konservatif seperti pada 1996 - 2001 yang menjadi awal perang antara Amerika Serikat - Taliban.
"Dan [Afghan] merupakan pasar yang baik untuk komoditas kita, juga yang ingin investasi di mineral, mereka terbuka, tetapi butuh waktu untuk stabil bagi pemerintah mereka," tuturnya.
Seperti diketahui, pemimpin Taliban telah mencapai Kabul pada Minggu (15/8/2021) dan tengah mempersiapkan diri untuk mengambil alih penuh Afghanistan setelah dua dekade dihalangi oleh militer Amerika Serikat. Taliban mengambil alih istana kepresidenan, sementara Presiden Ashraf Ghani yang didukung Amerika melarikan diri dari negara itu.
Baca Juga
Dalam konferensi pers juru bicara Kementerian Luar Negeri China pada Senin, Aljazeera melaporkan bahwa China berminat untuk membangun hubungan persahabatan dengan Taliban setelah kelompok bersenjata tersebut memegang kendali Afghanistan.
“China menghormati hak dari rakyat Afghanistan untuk menentukan nasibnya sendiri dan [kami] berkeinginan untuk melanjutkan perkembangan.. hubungan kerja sama yang bersahabat dengan Afghanistan," kata jubir Kemlu China Hua Chunying.