Bisnis.com, JAKARTA — Hakim Agung Ebrahim Raisi terpilih sebagai presiden Iran pada saat yang kritis bagi negara tersebut. Siapa pemimpin konservatif tersebut dan apa jabatannya sebelumnya?
Raisi yang berusia 60 tahun, mendapat dukungan luas dari kubu revolusioner konservatif dan garis keras serta basis pemilih lainnya sehingga mampu memenangkan pemilu pesiden.
Dia mengumpulkan 65,9 persen suara dari empat kandidat sehingga siap untuk menggantikan Presiden Hassan Rouhani. Rouhani tidak mencalonkan diri lagi karena sudah habis masa jabatan.
Hanya saja dia akan tetap menjadi hakim agung sampai dia mengambil alih jabatan kepresidenan dari Presiden Hassan Rouhani yang moderat pada awal Agustus mendatang. Pasalnya, dia tidak mengundurkan diri dari jabatannya untuk mencalonkan diri sebagai presiden Iran.
Seperti Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, sebagai pemimpin dia mengenakan sorban hitam yang menandakan bahwa dia adalah seorang sayyid dari keturunan Nabi Muhammad.Raisi disebut sebagai calon penerus Khamenei yang berusia 82 tahun ketika meninggal dunia.
Dia lahir di Mashhad di timur laut Iran, sebuah kota besar dan pusat keagamaan bagi Muslim Syiah yang juga tempat suci Imam Reza, imam kedelapan.
Baca Juga
Tumbuh dalam keluarga ulama, Raisi menerima pendidikan agama dan mulai menghadiri pendidikan kepemimpinan agama di Qom ketika dia berusia 15 tahun. Di sana, dia belajar di bawah bimbingan beberapa cendekiawan terkemuka, termasuk Khamenei.
Ketika pendidikannya disinggung saat debat calon presiden, Raisi menyangkal bahwa dia hanya memiliki enam pendidikan klasik, dengan mengatakan dia memegang gelar PhD di bidang hukum di samping pendidikan kepemimpinan agama.
Ketika dia memasuki sekolah kepemimpinan agama di Qom, beberapa tahun sebelum Revolusi Iran 1979, banyak orang Iran tidak puas dengan pemerintahan Mohammad Reza Shah Pahlavi yang akhirnya digulingkan.
Raisi konon adalah peserta dalam beberapa peristiwa yang memaksa Shah diasingkan dan mendirikan lembaga ulama baru di bawah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Setelah revolusi, Raisi bergabung dengan kantor kejaksaan di Masjed Soleyman di barat daya Iran. Selama enam tahun berikutnya, dia menambah pengalamannya sebagai jaksa di beberapa lembagga hukum lain.
Perkembangan penting datang ketika dia pindah ke ibukota Iran, Teheran pada tahun 1985 setelah ditunjuk sebagai wakil jaksa.
Raisi akan menjadi Presiden Iran pertama yang menjadi sasaran sanksi Amerika Serikat, yang dijatuhkan pada 2019, atas dugaan perannya dalam eksekusi massal dan menindak keras aksi protes publik seperto dikutip Aljazeera.com, Minggu (20/6/2021).
Amnesty International telah menyerukan pemimpin itu untuk menghadapi tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Dia memegang peran sebagai jaksa Teheran, kemudian mengepalai Organisasi Inspeksi Umum sebelum menjabat sebagai wakil ketua pengadilan selama satu dekade hingga 2014. Saat itu marak akssi protes Gerakan Hijau pro-demokrasi tahun 2009.
Raisi dipromosikan menjadi jaksa agung Iran pada tahun 2014 dan tetap di posisi itu hingga 2016.
Pada 2017, Raisi mencalonkan diri sebagai presiden untuk pertama kalinya dan menjadi kandidat utama melawan Rouhani, seorang moderat yang memperjuangkan keterlibatan dengan Barat dan kesepakatan nuklir Iran 2015. Akan tetapi nasib berkata lain, dia kalah.
Setelah memegang berbagai jabatan di bidang hukum, pada 2019 dia diangkat sebagai hakim agung.
Dalam posisi itu, dia berusaha mengukuhkan citranya sebagai penentang keras korupsi. Dia mengadakan persidangan publik dan menuntut tokoh-tokoh yang dekat dengan pemerintah dan pengadilan.
Dia juga secara efektif memulai kampanye kepresidenannya dan melakukan perjalanan ke hampir semua 32 provinsi Iran.
Dalam kunjungan-kunjungan itu, dia sering mengumumkan bahwa dia telah menyelamatkan kembali sebuah pabrik besar dari ambang kebangkrutan dan menggambarkan dirinya sebagai pejuang pekerja keras Iran dan maampu memperkuat sektor usaha kecil di bawah sanksi AS.
Tema itulah yang dibawa Raisi ke dalam kampanye presiden 2021 hingga memenangkan pemilu presiden dan siap menjadi pemimpin baru Iran.