Bisnis.com, JAKARTA - Ali Akbar Mohtashamipour, salah satu ulama Syiah pendiri Hizbullah, dikabarkan meninggal dunia akibat Covid-19 pada Senin (7/6/2021) waktu setempat.
Pria berusia 74 tahun yang kehilangan tangan kanannya akibat serangan bom yang diduga dilakukan Israel itu meninggal di sebuah rumah sakit di Teheran utara, menurut laporan kantor berita Iran, IRNA.
Kepala pengadilan Iran, Ebrahim Raisi, yang sekarang dianggap sebagai kandidat utama dalam pemilihan presiden, menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Mohtashamipour.
"Almarhum adalah salah satu pejuang suci dalam perjalanan menuju pembebasan Yerusalem dan salah satu pelopor dalam perang melawan rezim Zionis yang merebut," katanya dikutip dari Asharq Al-Awsat, Selasa (8/6/2021).
Mohtashamipour Lahir di Teheran pada tahun 1947. Dia bertemu dengan mendiang Pemimpin Tertinggi Iran Khomeini di pengasingan di Najaf setelah diusir dari Iran oleh Shah Mohammad Reza Pahlavi. Sejak itu keduanya menjadi teman akrab.
Pada 1970-an, Mohtashamipour melintasi Timur Tengah dan menjalin komunikasi dengan kelompok-kelompok militan pada saat itu, dan membentuk aliansi antara Iran pasca-revolusi dan Organisasi Pembebasan Palestina untuk memerangi Israel.
Baca Juga
Setelah ditangkap oleh Irak, Mohtashamipour bertemu lagi dengan Khomeini yang saat itu sedang dalam pengasingan di luar Paris. Keduanya sukses memimpin revolusi Iran 1979.
Setelah revolusi Iran, dia membantu menemukan Garda Revolusi paramiliter di Iran. Ia juga pernah menjabat sebagai duta besar untuk Suriah dan memanfaatkannya untuk membawa pasukan ke Lebanon guna membentuk Hizbullah.
Suriah, yang saat itu mendominasi Lebanon, mengerahkan puluhan ribu tentara di sana dan ikut memerangi Israel pada 1982. Dengan dukungan dari Iran maka terciptalah kelompok militan baru yang disebut Hizbullah.