Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Iran Ingin Perjanjian Nuklir Kembali Aktif pada Agustus

Pejabat Iran berharap perjanjian tersebut dapat sepenuhnya kembali pada pemilihan umum pada 18 Juni.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bushehr di Iran, sekitar 1.200 kilometer sebelah selatan Teheran./Reuters
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bushehr di Iran, sekitar 1.200 kilometer sebelah selatan Teheran./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Iran berharap perjanjian nuklir akan kembali berlaku pada Agustus setelah administrasi Presiden Hassan Rouhani berakhir dan mencapai kesepakatan dengan AS untuk meringankan sanksinya.

Dilansir dari Bloomberg, juru bicara pemerintah Iran Ali Rabiei mengatakan tidak ada hambatan dalam proses negosiasi di Wina yang memasuki pekan ke-8 untuk memulihkan perjanjian yang terjadi pada 2015.

Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump keluar dari kesepakatan tersebut tiga tahun lalu dan menerapkan kembali serangkaian hukuman terhadap Iran. Trump terus berupaya membatalkan komitmennya sendiri dengan pengayaan dan pembatasan lainnya.

“Kami hampir mencapai pemahaman tentang pokok, masalah nuklir. Beberapa perbedaan seperti sanksi Trump dan tindakan Iran perlu diselesaikan,” kata Rabiei kepada wartawan dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, menambahkan

Pejabat Iran berharap perjanjian tersebut dapat sepenuhnya kembali pada pemilihan umum pada 18 Juni. Rouhani diprediksi akan digantikan oleh seorang garis keras yang akan lebih memusuhi AS dan kesepakatan nuklir.

Harga brent naik 1,60 persen sekitar US$70, menyusul komentar pasar yang mengubah ekspektasi kapan Washington kemungkinan akan meringankan sanksi pada sektor energi Iran.

Ekspor minyak Iran, yang merupakan sumber pendapatan mata uang asing terbesar negara itu, telah anjlok sejak keluarnya Trump dari kesepakatan nuklir.

Kendati demikian, Rabiei belum memberikan penjelasan lebih lanjut. Diplomat Iran Abbas Araghchi mengatakan kepada TV pemerintah Iran pada Senin bahwa negosiasi Wina sangat rumit dan para diplomat mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

Dia mengatakan, sepertinya kecil kemungkinannya bahwa kesepakatan dengan AS akan diselesaikan saat ini dan delegasi kemungkinan akan kembali ke ibu kota mereka pada akhir pekan untuk berkonsultasi dengan pemerintah terkait poin-poin penting.

Sementara itu, pasar minyak terus mengawasi pembicaraan dengan cermat untuk mencari petunjuk tentang kapan sanksi AS kemungkinan akan dilonggarkan di Republik Islam yang kaya minyak itu dan memicu kembalinya minyak mentah Iran ke pasar.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan bertemu pada Selasa malam untuk membahas dampak dari virus corona dan kemungkinan membanjirnya ekspor Iran ke pasar pada perjanjian produksi yang lebih luas dengan produsen non-OPEC termasuk Rusia.

Jika kesepakatan tercapai dan Washington mencabut sanksi, Iran dapat meningkatkan ekspor dengan cepat. Menteri Perminyakan Bijan Namdar Zanganeh mengatakan pada hari Senin bahwa negaranya bakal meningkatkan produksi sekitar 6,5 juta barel per hari.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper