Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tumpang Tindih Klaim Perairan, Jokowi Minta Vietnam Percepat Perundingan

Jokowi menyarankan agar tim teknis kedua negara dapat segera berunding kembali dan menyelesaikan proses negosiasi. 
Wilayah Laut China Selatan yang diklaim oleh Brunei, China, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. /Reuters
Wilayah Laut China Selatan yang diklaim oleh Brunei, China, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. /Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta adanya percepatan perundingan perbatasan Zona Ekonomi Eksklusif atau ZEE di sekitar kawasan perairan yang tumpang tindih klaim di antara Indonesia dan Vietnam

Sikap itu disampaikan Jokowi dalam pertemuan bilateral bersama dengan Perdana Menteri Vietnam Phm Minh Chính di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumar (23/4/2021). 

“Presiden tekankan pentingnya percepatan perundingan perbatasan zona ekonomi ekslusif. Perundingan tersebut telah berlangsung 11 tahun dan presiden menekankan pentingnya untuk mempercepat penyelesaian perundingan,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melalui keterangan virtual, Jumat (23/4/2021). 

Dalam pertemuan itu, Jokowi menyarankan agar tim teknis kedua negara dapat segera berunding kembali dan menyelesaikan proses negosiasi. 

“Ditekankan oleh presiden bahwa penyelesaian perundingan sangat penting karena memberikan kejelasan mengenai ZEE masing-masing negara, serta mengurangi kemungkinan adanya insiden kapal-kapal nelayan,” tuturnya. 

Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menangkap 74 kapal pelaku illegal fishing dan 27 di antaranya adalah kapal berbendera Vietnam sejak Oktober 2019 Kapal-kapal Vietnam tersebut sebagian besar diringkus di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711 atau di wilayah Perairan Laut Natuna Utara. 

Direktur Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri Denny Abdi menyebut banyaknya kapal Vietnam yang melakukan illegal fishing tak terlepas dari adanya tumpang tindih klaim di perairan tersebut.

“Perundingan [klaim] ZEE sudah memasuki pertemuan teknis ke-13 di Hanoi pada November 2019 tentang teknis penarikan garis batas kedua negara,” kata Denny dalam siaran pers, Rabu (14/10/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Edi Suwiknyo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper