Bisnis.com, JAKARTA — Karantina ketat di Korea Utara untuk mencegah wabah Covid-19 membuat para diplomat Rusia keluar dari negara itu.
Mereka hengkang setelah terjadi kekurangan obat-obatan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya di Korea Utara.
Korea Utara (Korut) selama ini dikenal dengan karantina paling ketat di dunia di tengah pandemi virus Corona.
Dalam sebuah surat yang diposting secara online kemarin, karyawan kedutaan Rusia di Pyongyang menggambarkan keluarnya para staf diplomatik asing tersebut bukan yang terakhir karena kondisi yang tak tertahankan di ibu kota Korea Utara itu.
“Sangat mungkin untuk memahami mereka yang meninggalkan ibu kota Korea Utara. Hampir semua orang tak tahan terhadap pembatasan total yang belum pernah terjadi sebelumnya pada individu," ujarnya.
Staf kedubes Rusia di Pyongyang itu menyebutkan soal kekurangan barang-barang penting, termasuk obat-obatan serta ancaman masalah kesehatan, seperti dikutip TheGuardian.com, Jumat (2/4/2021).
Baca Juga
Rusia menempatkan staf diplomatik asing terbanyak di Korea Utara, tetapi mereka kini meninggalkan negeri Kim Jong-un tersebut.
"Hampir tidak ada diplomat yang tersisa di Pyongyang,” menurut surat pihak Kedutaan Besar yang memiliki 290 orang staf.
Semua staf, kecuali tiga pekerja bantuan asing, telah dievakuasi dari negara itu pada Desember lalu, menurut laporan.
Sebelumnya, pekan lalu PBB menyatakan tidak ada anggota staf internasional yang tersisa di negara itu.
Pada Februari, para diplomat Rusia dan anggota keluarga mereka dipaksa untuk menaiki troli rel yang didorong tangan melintasi perbatasan setelah menghabiskan lebih dari 30 jam di atas kereta api dari Pyongyang ke perbatasan.
Perbatasan Korea utara telah ditutup sejak Januari lalu dan negara itu memberlakukan karantina Covid-19 paling parah di dunia.
Para pengamat mengatakan tindakan tersebut telah memungkinkan pemerintah meningkatkan kendali atas kehidupan sehari-hari ke tingkat yang mirip dengan tahun-tahun kelaparan pada 1990-an.
Meskipun hanya sedikit informasi yang bocor ke luar negeri, ada tanda-tanda kekurangan pangan dan krisis semakin parah di negara itu.
Enam penjaga perbatasan Korea Utara membelot ke China minggu lalu setelah melaporkan kelaparan dan kelelahan.
Dalam sebuah laporan bulan lalu, seorang peneliti senior di Korea Utara untuk Human Rights Watch mengatakan dia telah diberitahu tahun lalu tentang kekurangan makanan, sabun, pasta gigi dan baterai.
Perdagangan Korea utara dengan China telah turun sekitar 80 persen serta impor makanan dan obat-obatan turun mendekati nol pada tahun lalu.