Bisnis.com, JAKARTA - Emil Salim, Guru Besar Emeritus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, menyoroti pembangunan sumber daya manusia (SDM) untuk menopang pengolahan sumber daya alam atau SDA di Indonesia.
Melalui akun Twitter resminya, @emilsalim2010, Rabu (24/2/2021) pukul 09.35 WIB, dia menilai seharusnya pengembangan SDM untuk peleburan (smelter) dibangun di Tembagapura, Papua. Pasalnya, jelas dia, SDA tembaga ada di Bumi Cenderawasih.
Tanpa kebijakan itu, jelas Menteri Bidang Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara di era kepemimpinan Presiden Soeharto ini, smelter akhirnya dibangun di luar Papua dengan alasan SDM yang kurang.
"SDA tembaga ada di Papua, processing smelternya mau dibangun DILUAR Papua karena SDMnya kurang. SEHARUSNYA sumber daya manusia olah smelter dibangun di Tembagapura, Papua, dgn mendidik pemuda Papua naikkan nilai tambah tembaga dgn ilmu & ketrampilan di Papua," demikian tulisnya via akun Twitter itu.
SDA tembaga ada di Papua, processing smelternya mau dibangun DILUAR Papua karena SDMnya kurang. SEHARUSNYA sumber daya manusia olah smelter dibangun di Tembagapura, Papua, dgn mendidik pemuda Papua naikkan nilai tambah tembaga dgn ilmu & ketrampilan di Papua.
— Emil Salim (@emilsalim2010) February 24, 2021
Dalam unggahan selanjutnya, pukul Emil Salim pun kembali menyinggung upaya pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) baru di Pulau Kalimantan. Menurutnya, pengembangan SDM yang berfokus pada ilmu pengetahuan dan tekhnologi lebih penting daripada proyek yang dirancang dengan dukungan asing tersebut.
"Kunci pembangunan suatu negara terletak dlm membangun otak-akal-fikiran SDM bangsa menguasai science-ilmu-teknologi utk naikkan nilai tambah SDA di SELURUH tanah-air. BUKAN dgn bangun fisik ibu-kota Negara di pulau Kalimantan yg dirancang bantuan asing," tulis Emil Salim.
Sebelumnya, Emil Salim juga sudah mempertanyakan kewajaran keinginan pemerintah yang tetap kukuh mengembangkan IKN baru di Kalimantan Tengah. Pasalnya, pandemi virus Corona atau Covid-19 belum juga berakhir.
Pada saat yang sama, pembangunan ekonomi masih terhambat oleh apa yang disebutnya 'ambil jarak antarmanusia'. Selain itu, ebncana banjir disebutnya berdampak pada kehidupan masyarakat kecil.
"Jika Covid 19 belum tertundukkan, pembangunan ekonomi masih dihambat “ambil jarak antar manusia” dan banjir masih deras memukul kehidupan rakyat kecil, masih realistiskah keinginan PU-Bappenas untuk tetap kekeh bangun ibu-kota Negara baru di Kalteng?" demikian tulis Emil Salim, Senin (22/2/2021) pukul 21.08 WIB.
Adapun, Menteri PPN/Bappenas Suharso Monoarfa sebelumnya menyampaikan bahwa pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan dalam mendorong investasi. Namun, pembangunan IKN hanya dapat dilakukan dengan satu prasyarat, yaitu pandemi Covid-19 sudah bisa terkendali, disertai dengan disiplin protokol Covid-19 yang tinggi, dan vaksinasi telah berjalan.
“Kalau IKN bisa dijakdikan pilihan dalam rangka mendorong investasi, kenapa tidak? Tapi, dengan syarat, pertama, pandemi sudah bisa dikendalikan,” katanya dalam konferensi pers, Selasa (9/2/2021).