Bisnis.com, JAKARTA - Anggota Laskar Front Pembela Islam (FPI) menuturkan kesaksiannya terkait penembakan yang terjadi di Tol Jakarta-Cikampek pada Senin (7/12/2020).
Kesaksian tersebut diungkap melalui program Mata Najwa yang diunggah ulang di kanal YouTube Najwa Shihab pada Kamis (17/12/2020). Secara eksklusif, Mata Najwa mendapatkan penuturan dari salah satu anggota Laskar FPI yang berada di rombongan FPI pada peristiwa penembakan. Lalu, bagaimana sebenarnya kronologi peristiwa penembakan enam anggota Laskar di dalam tol?
Saksi dari anggota Laskar FPI mengatakan saat itu mereka mendapatkan tugas untuk mengawal Rizieq Shihab sampai ke lokasi pengajian.
"Kita memang ditugasin untuk mengawal Habibana dari jalan sampai ke lokasi, itu memang tugas kita. Tapi, sebelumnya ada info dari teman yang sudah stay selama beberapa hari di situ, dicurigain tuh, ada tiga mobil yang standby di situ," kata anggota FPI tersebut seperti dikutip Bisnis, Kamis (17/12/2020).
Kemudian, anggota laskar FPI itu menceritakan ketika mereka hendak keluar dari komplek Sentul menuju lokasi pengajian. Ternyata ada satu mobil yang dicurigai dan ikut menyalakan mesinnya.
"Ada satu mobil pertama jalan, kita curiga. Enggak lama, satu mobil lagi langsung respon menyalakan lagi, langsung mau masuk ke barisan rombongan Imam Besar mendekat ke Habibana," ujarnya.
Baca Juga
Anggota laskar FPI itu merasa khawatir dan langsung menghampiri mobil yang mencurigakan itu untuk menjauhi dari mobil Rizieq Shihab.
Sesampainya di Tol Karawang Timur, muncul kembali mobil-mobil yang dia curigai dan kemudian mereka mengusir mobil tersebut. Dalam kesaksiannya, dia mengaku bahwa sengaja memberikan akses mobil tersebut untuk masuk ke barisan rombongan.
"Sengaja kita perlahan akses dia (pengintai) untuk masuk ke barisan. Kita alihkan sehingga mereka enggak bisa ikuti rute yang Habibana tuju," akunya.
Mobil yang dicurigai tersebut dibawa berkeliling untuk memancing agar mereka mengikutinya.
"Dari situ kita bawa beputar-putar sehingga dia kepancing ikut kita. Kita puter-puter daerah Karawang menuju tol Karawang Barat. Dari situ pun sempat gontok-gontokan juga, pada akhirnya ketemu di suatu tempat yang gelap," sambungnya.
Anggota Laskar FPI itu menuturkan sebanyak tiga mobil menutup jalannya dan mendekati ke pinggir trotoar.
"Di depan ada mobil korban, Chevrolet. Mobil Almarhum, tim sweeper juga yang 2 mobil itu. Lalu saya lewatin mobil korban, saya ambil zig-zag ke kiri," ujarnya.
Dia juga mengaku di depan mobil korban, terdapat truk tingkat tiga pengangkut mobil baru.
"Kita masuk ke tol. Dari tol kita sempat nanyain keadaan Almarhum. Ternyata ada suara kegaduhan di situ. Kita curiga. Sempat kita berhenti pelan karena semakin enggak jelas," tuturnya.
Mendengar ada suara kegaduhan di belakangnya, kemudian dia menelepon korban. Pada saat itu pula dia tidak bisa memutarbalikkan mobilnya.
"Kita panggil, kita di tol itu enggak bisa muter balik, jujur enggak bisa muter balik. Karena semakin enggak jelas, terus hening teleponnya, ditelepon kembali enggak bisa. Semua yang ada di situ kita coba teleponin tetep enggak bisa sambil kita berjalan menuju ke Rest Area KM 57," jelasnya.
Terkait tuduhan kepemilikan senjata tajam dan senjata api, saksi dari anggota Laskar FPI itu tegas menyatakan pihaknya tidak memiliki. Tudingan tersebut fitnah belaka.
"Dan kita baku tembak di tol enggak ada. Di FPI itu enggak ada, bukan punya kita dan itu fitnah. Dan kita enggak punya seperti itu. Dan provokasi itu bukan dari kami," katanya kepada Najwa Shihab.