Bisnis.com, JAKARTA – Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman kembali heboh setelah memberikan pernyataan pembelaan pada enam orang laskar FPI yang meninggal setelah baku tembak dengan polisi.
Dalam wawancaranya bersama Refly Harun, dia menceritakan kisahnya awal hijrah ke forum-forum umat Islam lantaran tertarik pada nilai-nilai serta sikap dari ulama termasuk Ustaz Abu Bakar Ba’asyir.
“Saya ini kan orang yang selalu mencari yang sifatnya konfirm. Saya selalu mencoba untuk mendekatkan jarak antara norma, antara teori, dengan praktik, antara ucapan dan perbuatan. Kalau bahasa orde baru melaksanakan Pancasila secara murni,” ujar dia.
Munarman memaparkan, dalam konteks ideologi, dia menilai dunia literasi sosial, literasi ideologi di dunia sekuler terlalu banyak ketidaksesuaian antara satu pendapat dengan pendapat lain, bergeraknya terlalu bebas.
Sementara, secara normatif, dia melihat referensi-referensi, dunia Islam cukup memberi konfirmasi.
“Ada waktu itu LBH membela Ustaz Abu Bakar Ba’asyir, di situ saya melihat banyak kesesuaian sikap dan pernyataan dari beliau. Apa yang dia ucapkan dan tindakannya selisihnya sedikit. Kosekuensi seperti itu yang saya lakukan ketika melakukan lompatan [hijrah],” ujarnya.
Baca Juga
Sikap Abu Bakar
Abu Bakar Ba'asyir bin Abu Bakar Abud, merupakan keturunan Arab yang juga pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia. Adapun Munarman adalah ketua LBH yang membela Ba'asyir.
Munarman, melihat Abu Bakar Ba’asyir terkena kasus Bom Bali kala itu, sangat tenang dan tidak mengeluh menjalani proses hukum, bahkan meskipun diproses dalam kondisi sakit.
“Itulah sikap-sikap Abu Bakar Ba’asyir yang menarik dan inspiring banget. Saya sebagai pengacara melihat begitu orang dapat persoalan hukum keluhannya banyak. Ini nggak mengeluh. Lepas dari agenda-agendanya, beliau itu konsisten dengan sikapnya. Saya suka dengan sikap konsisten, baik berpikir sampai perbuatan,” papar Munarman.
Dia juga menceritakan ‘terjerumus’ ke FPI. Berawal dari Munarman secara pribadi bersama gabungan dari laskar ormas Islam mengawal aksi penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
“Nah jadi ada insiden, ada aksi bersamaan sehingga timbul kolaps, yang satunya aksi menggunakan pembelaan terhadap Ahmadiyah. Saya sebagai penanggung jawab kelaskaran harus bertanggung jawab atas bentrok itu, sempat diadili, kebetulan bareng Habib Rizieq, diproses, divonis 1 tahun 6 bulan,” terangnya.
Selama dalam masa kurungan, bersebelahan dengan sel Rizieq selama 9 bulan dan dipindah ke lapas terbuka, Munarman mengaku banyak belajar aspek-aspek ilmu keagamaan.
Mulai dari yang sederhana seperti memperbaiki salat, bagaimana tata cara salat, sampai pemikiran dan perbedaan mahzab.
Ideologi Rizieq
Munarman juga menyebut Rizieq adalah seseorang yang ideologinya lebih ke tengah atau nasionalis.
“Dari pidato HRS soal revolusi akhlak dalam perspektif Pancasila. Pemikiran tengahnya ada di situ, beliau tidak ekstrem. Secara ideologi sebetulnya beliau tidak ekstrem, dia itu azwaja, memang tengah kalau dalam perspektif ilmu sosial,” kata dia.
Keluar dari lapas pada 2009, Munarman makin intensif berkomunikasi dengan Rizieq hingga ditawarkan aktif bergabung di FPI.
“Sejak 2009 akhirnya saya itu ketua-ketua bidang. Pertama Ketua Bidang Nahi-Munkar 2009-2013. Setelah itu, karena referensi saya cukup banyak, saya jadi Ketua Badan Ahli, jadi dewan pakar sampai 2015, dan dilanjut sebagai Ketua Bidang Keorganisasian untuk menata FPI agar strukturalnya lebih lincah. Sudah itu beres, saya diminta untuk jadi sekum,” jelasnya.
Fungsinya di FPI saat ini, lebih kepada penyusun strategi.
“Karena umat Islam mayoritas, bangsa kita juga kelemahan utamanya di manajemen strategisnya. Kita kalah dengan barat karena kita lemah dalam strategi pencapaian. Artinya membuat rencana strategi tidak punya kemampuan, melaksanakan apalagi,” pungkasnya.