Bisnis.com, JAKARTA - Mimik wajah Presiden Joko Widodo tampak serius. Tak ada senyum. Hanya sesekali wajahnya memandang ke audiens. Orang nomor satu di Republik Indonesia (RI) itu lebih banyak menghadap ke bawah. Sepertinya sembari melihat catatan.
Jokowi, begitu biasa disebut, melakukan Rapat Terbatas Laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Senin (30/11/2020). Sesuai dengan ciri khasnya, mantan Wali Kota Solo itu memakai kemeja putih saat memimpin rapat.
Seperti ditayangkan akun Youtube Sekretariat Presiden, Jokowi memberi pengantar dengan meminta Menteri Dalam Negeri mengingatkan para gubernur dan bupati/walikota untuk melindungi warganya dari pagebluk Covid-19.
Dia menyentil wilayah Jateng dan DKI Jakarta. Ada lonjakan kasus dalam 2-3 hari sebelum rapat terbatas digelar. Secara nasional, Jokowi pun kurang gembira dengan rapor merah Covid-19, terkhusus pekan sebelumnya.
Pekan terakhir November tren kasus aktif nasional tercatat 13,41%. Angka itu naik dari pekan sebelumnya 12,78%. Tingkat kesembuhan juga sama. Dari pekan sebelumnya 84,03%, rasio pasien positif corona yang sembuh menyusut menjadi 83,44%.
“Ini semuanya memburuk semuanya. Karena adanya tadi, kasus yang memang meningkat banyak di minggu-minggu kemarin,” ujar Jokowi.
Baca Juga
Tiga hari setelah ratas tersebut, Jokowi berbicara kembali mengenai penanganan Covid-19. Dengan memakai stelan jas warna biru dan berdasi merah, dia berbicara di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Kamis (3/12). Pertemuan yang biasa dihadiri para bankir dan pejabat negara.
Dalam acara tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyampaikan bahwa kerja keras selama 9 bulan dalam memerangi wabah corona mulai membuahkan hasil. Kasus aktif Covid-19 di Indonesia disebut berada di bawah rata-rata dunia.
Saat berpidato, Jokowi meng-update data kasus aktif Covid-19 RI yang mencapai 12,72%, sedangkan rata-rata dunia 28,4%. Tingkat kesembuhan pun diklaim membaik, yakni 84,02% atau lebih baik dari kesembuhan dunia, 69,56%.
Angka-angka tersebut sebenarnya tidak berbeda jauh dengan kondisii 3 hari sebelumnya. Baik rasio kasus aktif dan tingkat kesembuhan. Bahkan pada sore harinya, usai Jokowi berpidato justru ada ledakan kasus Covid-19.
Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan bahwa per 3 Desember 2020, ada penambahan kasus baru harian 8.369 orang. Angka itu merupakan rekor sejak wabah corona terlacak di Indonesia pada 2 Maret 2020.
Equillibrium baru kasus positif terus terjadi. Kemarin, tercatat ada penambahan 5.803 kasus baru.
Level 5.000 menjadi keseimbangan baru kenaikan kasus harian Covid-19 dalam dua pekan terakhir. Bahkan sempat menyentuh 6.267 kasus pada 29 November 2020.
Secara kumulatif, per 4 Desember 2020 tercatat ada 563.680 orang positif Covid-19. Dengan jumlah pasien sembuh 466.178 orang, berarti rasio kesembuhan 82,7% atau memburuk dari angka yang disampaikan RI-1 sehari sebelumnya, 84,02%.
Pilkada Serentak 2020
Di tengah ledakan wabah corona, 4 hari lagi Indonesia menggelar pesta demokrasi di tingkat daerah. Pemilihan kepala daerah (Pilkada) akan dihelat di 270 daerah. Ada 9 pemilihan gubernur, 224 pemilihan bupati, dan 37 pemilihan wali kota.
Sejumlah lapisan masyarakat waswas dengan hajatan Pilkada yang sempat ditunda dari 23 September ke 9 Desember 2020 itu. Kekhawatiran terhadap lonjakan Covid-19 diluapkan di dunia maya.
Terutama, saat publik dihebohkan dengan unggahan poster Komisi Pemilihan Umum (KPU). Wasit pemilihan umum itu mem-posting imbauan untuk melakukan pencoblosan saat Pilkada.
Imbauan KPU itu menjadi viral karena membolehkan pemilih yang sedang menjalani rawat inap, isolasi mandiri dan orang yang positif terinfeksi Covid-19 untuk mencoblos.
Para pasien atau masyarakat yang terinfeksi Covid-19 bisa memilih berdasarkan data yang diperoleh dari perangkat daerah di bidang kesehatan atau Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 di wilayah setempat.
Pasien tersebut dapat menggunakan hak pilihnya di tempat pemungutan suara (TPS) yang berdekatan dengan rumah sakit.
“Pasien Covid-19 dan rawat inap, tidak kehilangan hak pilih.” Demikian seperti ditulis dalam poster KPU tersebut yang dipublikasikan di akun Twitter, Kamis (3/12).
Dalam poster itu ditekankan bahwa KPU akan mengutus dua petugas didampingi dua saksi untuk menyisir pasien atau warga yang melakukan isolasi mandiri. Petugas akan dibekali alat pelindung diri (APD) untuk mendatangi para pemilih yang lagi sakit atau suspect Covid-19.
Kontan saja, kampanye pasien Covid-19 boleh nyoblos itu direspons negatif oleh warganet atau netizen. Mereka bersimpati kepada petugas di lapangan. Para petugas dinilai rentan terpapar Covid-19 meski dibekali APD.
Banyak dokter dan perawat yang terpapar Covid-19--bahkan meninggal, meskipun memakai APD lengkap.
Pemilu saat tak pandemi saja memakan banyak korban petugas lapangan, apalagi ketika wabah Covid-19 melanda. Begitu komentar yang disampaikan warganet.
Tak hanya komentar tertulis dari jari-jemari netizen. Meme satir yang mirip dengan poster KPU pun tersebar di jagat maya. Gambar meme mirip, bedanya pada tulisan. “Jangan mati dulu, ikutlah nyoblos dulu karena oligarki butuh suaramu untuk terus beregenerasi.”
Selain itu, ada meme bergambar antrean ambulans di pemakaman yang melewati tempat pemungutan suara. Beredar juga meme yang bertuliskan “Pilkada datang, corona hilang.”
Dinasti Politik
Pilkada 2020 memang menjadi isu panas di tengah pagebluk corona. Mulai dari pembengkakan biaya penyelenggaraan hingga kontestan pilkada.
Total anggaran untuk memilih ‘para penggawa’ di daerah melonjak dari Rp15,23 triliun menjadi Rp20,46 triliun. Dana tambahan digelontorkan untuk kebutuhan protokol kesehatan.
Kontestan yang menyertakan putra dan mantu Jokowi menjadi magnet terbesar pilkada tahun ini. Anak pertama Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, kandidat wali kota Solo, dan menantu, Bobby Nasution sebagai calon wali kota Medan.
Tak kalah panas, Pilkada Tangerang Selatan melibatkan pertarungan ‘tiga raksasa’. Kursi wali kota Tangsel akan dicoba dipertahankan oleh dinasti mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosyiah, sebagai kakak ipar Airin Rachmi Diany, wali kota saat ini.
Pilar Saga Ichsan, putra dari Ratu Tatu Chasanah, Bupati Serang, yang juga adik dari Ratu Atut, didapuk calon wakil wali kota, mendampingi Benyamin Davnie.
Penantangnya adalah Siti Nur Azizah anak Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, anak Hashim Djojohadikusumo sekaligus keponakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto Djojohadikusumo.
Di Kediri, ada nama Hanindhito Himawan Pramana. Dia anak Sekretaris Kabinet dan Politisi PDI Perjuangan, Pramono Anung melawan kotak kosong alias calon tunggal wali kota Kediri.
Nagara Institute dalam sebuah kajiannya menyebut 124 calon kepala daerah memiliki afiliasi dengan dinasti politik.
Melihat data itu, wajar saja nada sumbang mencuat sebagai wujud kristalisasi keresahan publik di tengah wabah virus corona atau Covid-19 yang kian merajalela. Kekhawatiran tidak hanya pada hari H, tetapi pascapilkada.
Dari pesta kemenangan hingga demonstrasi penolakan hasil pemilihan menjadi momok baru klaster pilkada. Dekan Fakultas Kedokteran UI Ari Fahrial Syam pun berujar yang akan menanggung peningkatan kasus adalah dokter dan tenaga medis.
“Kita semua tidak ingin mengurangi jumlah dokter di Indonesia karena harus menjadi korban Covid-19 karena Indonesia sejatinya masih kekurangan dokter, baik dokter umum maupun dokter spesialis.”