Bisnis.com, JAKARTA - Presiden China Xi Jinping secara pribadi memutuskan untuk mencabut penawaran umum perdana Ant Group senilai US$ 37 miliar.
Hal tersebut terungkap dalam laporan Wall Street Journal pada Kamis (12/11/2020), mengutip pejabat China yang mengetahui masalah tersebut.
Keputusan untuk menghentikan apa yang akan menjadi IPO terbesar di dunia, datang beberapa hari setelah miliarder raksasa Jack Ma melancarkan serangan publik terhadap pengawas keuangan dan bank negara.
Presiden Xi memerintahkan regulator China untuk menyelidiki dan secara efektif menutup flotasi pasar saham Ant. Sayangnya, Ant Group belum memberikan konfirmasi lebih lanjut.
Demikian pula, seperti dilansir Channel News Asia, Kantor Informasi Dewan Negara yang tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Jack Ma sebelumnya telah mengungkapkan bahwa sistem peraturan menghambat inovasi dan harus direformasi untuk mendorong pertumbuhan. Pidato tersebut memicu serangkaian peristiwa yang merusak IPO Ant Group.
Baca Juga
Segera setelah pidato pedas Ma, regulator negara bagian mulai mengumpulkan laporan termasuk tentang bagaimana Ant telah menggunakan produk keuangan digital seperti Huabei, layanan kartu kredit virtual, untuk mendorong orang miskin dan muda untuk menumpuk hutang.
Kantor umum Dewan Negara mengumpulkan laporan tentang sentimen publik atas pidato Ma dan menyerahkannya kepada para pemimpin senior termasuk Presiden Xi. Minggu ini, Xi juga menegaskan bahwa pemerintah China tidak akan membiarkan dominasi fintech di negaranya. Hal tersebut kemungkinan terkait dengan masalah ini.
Dalam satu dekade terakhir, China memang kerap dijuluki surganya fintech. Predikat ini tidak berlebihan jika mengacu ke pertumbuhan perusahaan-perusahaan teknologi finansial (tekfin) di Negeri Panda.
Tidak sulit menemukan perusahaan tekfin asal Negeri Panda yang sudah mendunia. Nama lain yang telah punya popularitas mentereng selain Ant Group, sebut saja JD Digits, Lufax, One Connect, ZhongAn, hingga dua perusahaan di bawah naungan Tencent, yakni WeBank dan Futu Securities.
Mengacu laporan Statista, total pendapatan perusahaan-perusahaan fintech di China pada 2020 diperkirakan mampu menembus rekor hingga 1.970 miliar yuan. Jika dikonversi ke rupiah, nilai ini mencapai lebih dari Rp4.218 triliun.